Subuh sudah setengah jam berlalu. Langit yang tadi gelap mulai berubah terang. Menghapus cahaya oranye yang masih terpancar dari lampu jalan. Aku baru saja selesai menyapu dalam rumah. Sekarang ganti ke bagian luarnya: halaman, pekarangan, dan jalan depan rumah. Segera kubuka pintu garasi. Begitu pintu itu terbuka lebar, sebuah tontonan spontan membuatku berseru.
“Subhaanallah… Pagi-pagi sudah pacaran!”
Tampak dua makhluk berbulu tengah duduk berhadap-hadapan. Saling tatap dan saling terpejam. Seolah bersama menyambut datangnya pagi dan hangatnya mentari. Warna bulunya hampir sama. Yang jantan abu-abu, yang betina abu-abu muda. Ekor keduanya super pendek, yang jantan lebih panjang beberapa senti dari yang betina.
* * *
|
Tidur bareng, "Sleep tight, Honey..." |
Si betina bernama Keikoh. Adikku yang memberikan panggilan itu. Sementara si jantan, entahlah, sebut saja anonim. Muncul dari dunia antah berantah perkucingan. Seperti kebanyakan kucing, keseharian Keikoh tidak jauh-jauh dari makan, tidur, berak, dan pacaran. Yang terakhir tadi bisa dibilang yang paling sering dilakukan Keikoh. Kegiatan wajib bagi seekor Keikoh. Bersama lima pejantan sekaligus! Bergantian dalam waktu yang berdekatan…
Gaya asmara Keikoh tidak lazim. Berbeda dengan kucing-kucing lainnya. Bayangkan saja, memadu kasih dengan lima pasangan dalam selang waktu yang tidak lama, setiap hari! Si abu-abu tua tadi hanyalah satu dari lima kucing jantan pacarnya Keikoh. Ada lagi si hitam pekat bermata tajam, si abu-abu leher putih, si hitam kusam yang agresif, dan si abu-abu putih yang eongannya agak melengking. Mungkin, ada lagi lawan main lainnya. Kucing jantan lain yang luput dari pengamatanku.
Setiap keluar rumah, aku selalu mendapati Keikoh sedang berduaan. Apakah itu hendak menyapu, menjemur keset, pergi tarawih, atau menggembok pagar. Pagi pacaran, siang pacaran, sore pacaran, bahkan malam pun juga pacaran. Betul-betul sebuah intensitas di luar kebiasaan umum kucing-kucing yang pernah kutemui. Apalagi dengan pasangan yang berganti-ganti di setiap sesi…!
Pagi itu, mungkin Keikoh dengan si abu-abu tua. Judul kegiatannya, bisa jadi lagi mandi bareng. Duduk mesra saling tatap, terusnya jilat-jilat bersama. Setelah itu, Keikoh akan guling-guling dan si abu-abu tua menghampiri sambil mulai membaui. Lalu terdengar eongan khas mereka, “Rrrrr-rrrr..” atau “Rraung-rraungg..”. Beberapa saat kemudian, keduanya sudah terlelap, tidur bersama. Si jantan seakan menjadi penjaga nyenyaknya lelap si betina.
|
Menanti kekasih merias diri |
Malam harinya, aku memergoki Keikoh sudah bersama yang lain. Si hitam pekat bermata tajam. Menunggu di bawah, sedangkan Keikoh asyik menjilati dirinya di atas bangku panjang. Hmm, pikirku pasti Keikoh sedang berdandan. Merias diri supaya terlihat cantik di depan pujaan hati. Kucing pun bisa bersolek juga rupanya… Selanjutnya, lagi-lagi suara khas itu… Nada kasmaran yang sama dengan tadi pagi.
Keesokan harinya, kembali terdengar bunyi-bunyian itu. “Rrrrr-rrrr-rrrr..” Begitu keluar karena penasaran, aku kembali menemukan Keikoh tidak sendiri. Kali ini dengan si abu-abu. Namun lamat-lamat kuamati, kok agak aneh ya, ada yang beda… Dan sekian detik sesudahnya, aku setengah berteriak, “Ya ampuuun.., beda lagi!” Ibu hanya tertawa saja dari dapur. Itu tidak hanya abu-abu, tapi si abu-abu leher putih! Benar-benar ini kucing, playgirl sekali!
Kelakuan Keikoh ini kadang membuatku gemas. Dengan konyolnya, kutuding kepala Keikoh dengan jari telunjukku seraya memaki, “Kamu ini kucing murahan!” Atau di lain waktu, kucubit lehernya lalu kuangkat ke atas dan menyemprot mukanya, “Dasar kucing dengan harga diri rendah!” Atau ketika sedang tidur, kupotret dia dengan melabeli fotonya, “Setelah lelah bercinta.”
Tabiatnya sukses membuatku memvonis Keikoh: pelacur! Atau bahasa yang lebih halus: poliandri! Begitu mudahnya dia gonta-ganti pasangan. Begitu gampangnya pula dia membuat dua kucing jantan berkelahi hanya untuk memperebutkannya. Berkelahi sementara dia tidur di sudut lain, tidak ada niatan melerai, sambil sesekali malah menggeliat atau berguling-guling… Aku berdecak dalam gumam, “Ada ya kucing yang kayak begini…”
|
"Aku di atas, kau di bawah!" |
Suatu kali, pernah Keikoh berisik sekali. Bunyinya, “Ngao, ngao, ngaoooonngg..”. Begitu dicek ada apa, ternyata itu sinyal dari dia. Nada panggilan buat mendatangkan para pejantan sebab ketika itu Keikoh sedang sendiri. Dia (sepertinya) ingin ditemani. Dan bawellah dia seperti itu, “Ngao, ngao, ngaoooonngg..”. Beberapa saat kemudian, datanglah si abu-abu putih dengan suaranya yang melengking. Berlari-lari kecil dari rumah tetangga di seberang jalan.
Pernah lagi, aku mendapati Keikoh tengah tidur di halaman rumah. Seekor diri. Lalu iseng kuguncang-guncang dia sampai terbangun. Setelah itu, kutinggal ke dalam rumah. Dan mulailah Keikoh menyalakan alarm-nya: ngao-ngao-ngaoooong.. Berisik betul, sampai tetangga-tetangga mungkin hafal benar kalau eongan itu suara kucing di rumah B/13. Selama belum ada pejantan yang datang, Keikoh akan terus berteriak. Kalau tidak ada yang datang, dia akan diam sendiri. Dan mulai berisik lagi kemudian. Ampun dah…
Dengan kebiasannya itu, aku menemukan sebuah nama yang lebih tepat dari sekadar Keikoh. Yaitu, CILA alias kuCInga peLAcur, hahaha… Atau, INGGIL singkatan dari kucING ngGILani.. Kalau adik-adikku memberinya nama “Keikoh”, maka sekarang bagiku dia adalah Cila Inggil, boleh dipanggil Cila atau Inggil, hohoho… *ngawur!
* * *
Kalau dilogika, apa sih menariknya Keikoh? Bentuk tubuhnya saja seperti bola. Perutnya gembul, tidak tahu isinya apa. Kata orang rumah, dari pertama memang sudah begitu. Keikoh ada di antara kehamilan dan kelainan. Kelenjar mamae-nya setengah berisi setengah tidak. Ekornya saja bundar. Bentuknya seperti pom-pom ukuran mini, bulat dan pendek. Warnanya juga tergolong standar, tidak ada variasinya. Lantas apa yang membuat para pejantan itu begitu tergila-gila dengan seekor Keikoh? Seekor betina yang sudah bekas pakai… Jelas sekali, sangat nyata, bahwa Keikoh adalah barang bekas pakai! Kok ya malah jadi rebutan! Seperti tidak ada alternatif lain saja!
|
Setelah lelah bercinta |
Bodohnya manusia jika ada yang berkelakuan seperti Keikoh dan “suami-suaminya” itu. Bener-bener nggilani… Yang cewek mau dipakai berkali-kali, yang cowok mau jadi panggilan… Semoga kita sebagai hamba Tuhan terhindar dari kelakuan tidak patut tersebut. Cukup kucingku saja yang demikian, oke? Sepakat…? Ya..., bagus!
NB.
pe.la.cur n perempuan yang melacur, sundal; wanita tunasusila
po.li.an.dri n sistem perkawinan yg membolehkan seorang wanita mempunyai suami lebih dr satu orang dl waktu yg bersamaan