Rabu, 31 Agustus 2011

Selamat Lebaran



Lebaran atau hari raya idul fitri kembali berbeda pelaksanaannya di tahun ini. Tercatat selama 10 tahun terakhir, sudah tiga kali kejadian ini berulang. Tepatnya pada tahun 2002, 2006, dan 2007. Tanggal 1 Syawwal dimana pelaksanaan shalat ‘ied dilakukan lagi-lagi harinya tidak sama.
Apapun itu, islam itu indah. Islam menghargai perbedaan. Islam menghormati setiap keputusan. Selama itu ada dalam batas-batas kebaikan. Batas-batas yang dalam hal ini dinamakan toleransi. Jika antar umat beragama saja perlu toleransi, antar umat dalam agama lebih diperlukan lagi.
Mau hari pertama atau hari kedua, sah-sah saja. Mau ikut ormas ini atau ormas itu, boleh-boleh saja. Asalkan masing-masing kita memiliki dasar perbuatan yang jelas. Asalkan setiap kita betul-betul mengerti ilmu mana yang digunakan. Asalkan kita tahu benar mana yang dijadikan dasar penentu kebijakan.
Yang tidak boleh adalah justru “yang tidak berpuasa”…
Dan sebenarnya, perbedaan tersebut lambat laun menimbulkan sebuah tanya di benak saya. Sebuah tanya yang (mungkin) bisa dibilang “sepele” atau “konyol”… Namun saya sungguh penasaran, ingin tahu… Ketika dulu Rasulullah Saw. masih hidup, apakah lebaran di zaman beliau juga berbeda harinya seperti ini…? Hmm.., ada yang tahu jawabnya? Kalau pun “iya”, kenapa bisa begitu…
Apakah jumlah sampel kala itu belum sebanyak sekarang sehingga standar deviasinya belum begitu besar…? Entahlah. Yang jelas, sepertinya para pengambil kebijakan di ibukota sana, para ulil amri yang ahli dalam hal ini, perlu kiranya mempertimbangkan kejadian yang pernah terjadi dalam sejarah. Agar bila ada yang selanjutnya bertanya “apakah ada yang tidak beres pada umat muslim Indonesia”, dapat terjawab secara empiris. Sebab nyatanya, Indonesia “agak berbeda” penentuan hari rayanya dibandingkan negara-negara Arab lainnya.
Selamat Lebaran!
___________________________________________________
“Ngaturaken sugeng riyadi, sedoyo lepat nyuwun pangapunten, mugi-mugi saget dipun lebur wonten ing dinten riyoyo puniko.”

‘Idul Fitri 1432 H’
-Asbud & Kel.-

Senin, 29 Agustus 2011

Mi Celor Khas Palembang


Dan akhirnya, kudapatkan juga kamu: hei makanan yang ngangeni… Hehehe..!!
Setahun di perantauan, setahun pula tanpa masakan kampung halaman. Bukan maksud berlebihan a.k.a lebay, sebab nyatanya tidak semua makanan yang ada di tanah kelahiran ada juga di tanah perantauan (itu menurut saya lho..). Curahan hati tersebut ditujukan pada “mi celor” (MC), mi khas Kota Palembang yang tidak pernah saya jumpai keberadaannya di Kota Jogjakarta. Karena kuper atau gimana, yang jelas saya emang belum pernah satu kali pun ketemu MC di Jogja. Kalau pempek atau kerupuk sih, ada lah di beberapa tempat…
Siang itu, MC tiba-tiba nongol di tivi, bersama dengan martabak. Keduanya ada di salah satu liputan kuliner yang tayang di sebuah stasiun televisi swasta. Liputan kuliner yang jadi satu rangkaian dengan program berita. Adalah dia: Seputar Indonesia (Sindo) yang tayang di RCTI. Hmm.., Sindo sukses nih membuat saya kangen MC.. Kalau martabak, karena itu makanan umum yang hampir ada di setiap kota, jadi bagi saya tidak terlalu spesial. Justru MC yang langka itulah yang membuat saya rindu kuliner Bumi Sriwijaya.
Langka?
Oiya donk.. Setiba di Palembang saja, ternyata susah menemukannya. Tapi walau susah akhirnya ketemu juga, beda kalau di Jogja yang meski susah namun tidak ketemu-ketemu, hehe.. MC sudah masuk dalam daftar wajib makan selama saya pulang kampung. Bersusun dengan model, tekwan, laksan, lakso, burgo, celimpungan, dan siomay. Pempek dan kerupuk tidak masuk hitungan, toh kalau nanti sanjo  ke rumah orang-orang pas lebaran juga berjumpa, hoho..
Di antara semuanya, MC jelas yang paling susah mencari penjualnya. Di dekat rumah tidak ada yang jual, setidaknya ada tiga lokasi yang saya kantongi informasinya: Pasar Kuto, Lemabang, dan kawasan 26 Ilir. Beberapa Pasar Ramadhan yang saya datangi tidak ada yang menyediakan MC. Wuidih.., sampai segitunya.. Karena rasanya ngangeni, okelah saya cari ke tempat-tempat tadi. Syukurlah, dapatnya di dekat Pasar Kuto, sebuah gerobak yang letaknya agak tersembunyi, bukan berbentuk warung yang dapat dengan mudah ditemukan. Dari rumah lewat Jalan M. Isa dimana pool Bus Putra Remaja berada, lurus terus sampai melihat masjid besar. Nanti adanya di kiri jalan..
Subhanallah sekali…
Satu porsi harganya lima ribu rupiah, murah kan? Mending MC deh daripada bakso. Di sini jarang lho ada bakso harganya goceng, wkwk.. Lebih kenyang makan MC juga daripada bakso (sekali lagi ini menurut saya, okeh..). Waktu itu mau beli empat bungkus, tapi karena udah tinggal tiga, ya jadinya cuman bisa beli tiga (saking larisnya padahal baru juga jam empat sore), alhamdulillah yang penting dapat.. Buat buka puasa gitu ceritanya..
Anyway, pada tahu nggak bentuk fisik mi celor itu kayak apa? Jangan-jangan sini cuap-cuap tapi situ ngiler-ngiler karena masih sibuk memvisualkannya dalam imaji, hihi.. Oke-oke, silakan gugling aja ya buat tahu resep lengkapnya.. Intinya, MC itu adalah mi dicampur kecambah (taoge) yang disiram dengan kaldu udang, santan, dan telur kocok sebagai kuahnya. Tentu ada peran rempah-rempah dalam bumbunya, ini kan Indonesia, apa coba masakan yang nggak pakai rempah-rempah.. MC juga pakai telur rebus, jeruk nipis, dan bawang goreng. Hmm.., sedapnyeee.. Mane pas tulis ni masih puase, cem mane pecah puase kite, haha.. Oiya buat Sindo, makasih ya udah memberi saya rasa kangen yang nikmat..
Masih penasaran? Ayo, kunjungi saja Kota Palembang ketika Sea Games nanti.. Mau lihat wisma atlet yang dikorupsi itu juga boleh.. (malah promosi dan nggak nyambung!)

Rabu, 24 Agustus 2011

Orang-orang yang Didoakan Malaikat


Mungkin, temen-temen ada yang udah pernah baca tulisan ini… Kalau pada gugling pasti deh nemuinnya mudah… Sengaja kali ini dijadikan posting sebagai salah satu bacaan bermanfaat saya dalam mengisi sepuluh hari terakhir Ramadhan 1432H… Semoga yang sedikit ini juga (bisa) bermanfaat buat temen-temen pembaca, amien…
___________________________________________________
Allah Swt. berfirman, "Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.  Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka dan yang di belakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya." (QS. Al-Anbiyaa': 26-28)

Inilah orang-orang yang didoakan oleh para malaikat:
1.      Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. 
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya.  Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'". (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib I/37)
2.     Orang yang duduk menunggu shalat. 
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia.  Ya Allah sayangilah ia'". (Shahih Muslim No. 469)
3.     Orang-orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. 
Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan". (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
4.      Orang-orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Para imam, yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf". (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib I/272)
5.     Para malaikat mengucapkan 'amin' ketika seorang imam selesai membaca Al-Fatihah.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Jika seorang imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu". (Shahih Bukhari No. 782)
6.     Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. 
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., bahwa Rasulullah Saw.. bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'". (Al-Musnad No. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
7.     Orang-orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh, lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal.  Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit), sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'". (Al-Musnad No. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
8.     Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' Ra., bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan.  Pada kepalanya, ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin’ dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'". (Shahih Muslim No. 2733)
9.     Orang-orang yang berinfak. 
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya, kecuali dua malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'.  Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'". (Shahih Bukhari No. 1442 dan Shahih Muslim No. 1010)
10. Orang yang makan sahur.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath-Thabrani, meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur". (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib I/519)
11.   Orang yang menjenguk orang sakit. 
Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya, kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh". (Al-Musnad No. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")
12.  Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. 
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily Ra., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Keutamaan seorang ‘alim (ahli ilmu) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian.  Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain". (dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Kitab Shahih At-Tirmidzi II/343)


Maraji': Disarikan dari buku “Orang-orang yang Didoakan Malaikat”, oleh Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005

Minggu, 21 Agustus 2011

Cila Inggil


Subuh sudah setengah jam berlalu. Langit yang tadi gelap mulai berubah terang. Menghapus cahaya oranye yang masih terpancar dari lampu jalan. Aku baru saja selesai menyapu dalam rumah. Sekarang ganti ke bagian luarnya: halaman, pekarangan, dan jalan depan rumah. Segera kubuka pintu garasi. Begitu pintu itu terbuka lebar, sebuah tontonan spontan membuatku berseru.
Subhaanallah… Pagi-pagi sudah pacaran!”
Tampak dua makhluk berbulu tengah duduk berhadap-hadapan. Saling tatap dan saling terpejam. Seolah bersama menyambut datangnya pagi dan hangatnya mentari. Warna bulunya hampir sama. Yang jantan abu-abu, yang betina abu-abu muda. Ekor keduanya super pendek, yang jantan lebih panjang beberapa senti dari yang betina.
* * *
Tidur bareng, "Sleep tight, Honey..."
Si betina bernama Keikoh. Adikku yang memberikan panggilan itu. Sementara si jantan, entahlah, sebut saja anonim. Muncul dari dunia antah berantah perkucingan. Seperti kebanyakan kucing, keseharian Keikoh tidak jauh-jauh dari makan, tidur, berak, dan pacaran. Yang terakhir tadi bisa dibilang yang paling sering dilakukan Keikoh. Kegiatan wajib bagi seekor Keikoh. Bersama lima pejantan sekaligus! Bergantian dalam waktu yang berdekatan…
Gaya asmara Keikoh tidak lazim. Berbeda dengan kucing-kucing lainnya. Bayangkan saja, memadu kasih dengan lima pasangan dalam selang waktu yang tidak lama, setiap hari! Si abu-abu tua tadi hanyalah satu dari lima kucing jantan pacarnya Keikoh. Ada lagi si hitam pekat bermata tajam, si abu-abu leher putih, si hitam kusam yang agresif, dan si abu-abu putih yang eongannya agak melengking. Mungkin, ada lagi lawan main lainnya. Kucing jantan lain yang luput dari pengamatanku.
Setiap keluar rumah, aku selalu mendapati Keikoh sedang berduaan. Apakah itu hendak menyapu, menjemur keset, pergi tarawih, atau menggembok pagar. Pagi pacaran, siang pacaran, sore pacaran, bahkan malam pun juga pacaran. Betul-betul sebuah intensitas di luar kebiasaan umum kucing-kucing yang pernah kutemui. Apalagi dengan pasangan yang berganti-ganti di setiap sesi…!
Pagi itu, mungkin Keikoh dengan si abu-abu tua. Judul kegiatannya, bisa jadi lagi mandi bareng. Duduk mesra saling tatap, terusnya jilat-jilat bersama. Setelah itu, Keikoh akan guling-guling dan si abu-abu tua menghampiri sambil mulai membaui. Lalu terdengar eongan khas mereka, “Rrrrr-rrrr..” atau “Rraung-rraungg..”. Beberapa saat kemudian, keduanya sudah terlelap, tidur bersama. Si jantan seakan menjadi penjaga nyenyaknya lelap si betina.
Menanti kekasih merias diri
Malam harinya, aku memergoki Keikoh sudah bersama yang lain. Si hitam pekat bermata tajam. Menunggu di bawah, sedangkan Keikoh asyik menjilati dirinya di atas bangku panjang. Hmm, pikirku pasti Keikoh sedang berdandan. Merias diri supaya terlihat cantik di depan pujaan hati. Kucing pun bisa bersolek juga rupanya… Selanjutnya, lagi-lagi suara khas itu… Nada kasmaran yang sama dengan tadi pagi.
Keesokan harinya, kembali terdengar bunyi-bunyian itu. “Rrrrr-rrrr-rrrr..” Begitu keluar karena penasaran, aku kembali menemukan Keikoh tidak sendiri. Kali ini dengan si abu-abu. Namun lamat-lamat kuamati, kok agak aneh ya, ada yang beda… Dan sekian detik sesudahnya, aku setengah berteriak, “Ya ampuuun.., beda lagi!” Ibu hanya tertawa saja dari dapur. Itu tidak hanya abu-abu, tapi si abu-abu leher putih! Benar-benar ini kucing, playgirl sekali!
Kelakuan Keikoh ini kadang membuatku gemas. Dengan konyolnya, kutuding kepala Keikoh dengan jari telunjukku seraya memaki, “Kamu ini kucing murahan!” Atau di lain waktu, kucubit lehernya lalu kuangkat ke atas dan menyemprot mukanya, “Dasar kucing dengan harga diri rendah!” Atau ketika sedang tidur, kupotret dia dengan melabeli fotonya, “Setelah lelah bercinta.”
Tabiatnya sukses membuatku memvonis Keikoh: pelacur! Atau bahasa yang lebih halus: poliandri! Begitu mudahnya dia gonta-ganti pasangan. Begitu gampangnya pula dia membuat dua kucing jantan berkelahi hanya untuk memperebutkannya. Berkelahi sementara dia tidur di sudut lain, tidak ada niatan melerai, sambil sesekali malah menggeliat atau berguling-guling… Aku berdecak dalam gumam, “Ada ya kucing yang kayak begini…”
"Aku di atas, kau di bawah!"
Suatu kali, pernah Keikoh berisik sekali. Bunyinya, “Ngao, ngao, ngaoooonngg..”. Begitu dicek ada apa, ternyata itu sinyal dari dia. Nada panggilan buat mendatangkan para pejantan sebab ketika itu Keikoh sedang sendiri. Dia (sepertinya) ingin ditemani. Dan bawellah dia seperti itu, “Ngao, ngao, ngaoooonngg..”. Beberapa saat kemudian, datanglah si abu-abu putih dengan suaranya yang melengking. Berlari-lari kecil dari rumah tetangga di seberang jalan.
Pernah lagi, aku mendapati Keikoh tengah tidur di halaman rumah. Seekor diri. Lalu iseng kuguncang-guncang dia sampai terbangun. Setelah itu, kutinggal ke dalam rumah. Dan mulailah Keikoh menyalakan alarm-nya: ngao-ngao-ngaoooong.. Berisik betul, sampai tetangga-tetangga mungkin hafal benar kalau eongan itu suara kucing di rumah B/13. Selama belum ada pejantan yang datang, Keikoh akan terus berteriak. Kalau tidak ada yang datang, dia akan diam sendiri. Dan mulai berisik lagi kemudian. Ampun dah…
Dengan kebiasannya itu, aku menemukan sebuah nama yang lebih tepat dari sekadar Keikoh. Yaitu, CILA alias kuCInga peLAcur, hahaha… Atau, INGGIL singkatan dari kucING ngGILani.. Kalau adik-adikku memberinya nama “Keikoh”, maka sekarang bagiku dia adalah Cila Inggil, boleh dipanggil Cila atau Inggil, hohoho… *ngawur!
* * *
Kalau dilogika, apa sih menariknya Keikoh? Bentuk tubuhnya saja seperti bola. Perutnya gembul, tidak tahu isinya apa. Kata orang rumah, dari pertama memang sudah begitu. Keikoh ada di antara kehamilan dan kelainan. Kelenjar mamae-nya setengah berisi setengah tidak. Ekornya saja bundar. Bentuknya seperti pom-pom ukuran mini, bulat dan pendek. Warnanya juga tergolong standar, tidak ada variasinya. Lantas apa yang membuat para pejantan itu begitu tergila-gila dengan seekor Keikoh? Seekor betina yang sudah bekas pakai… Jelas sekali, sangat nyata, bahwa Keikoh adalah barang bekas pakai! Kok ya malah jadi rebutan! Seperti tidak ada alternatif lain saja!
Setelah lelah bercinta
Bodohnya manusia jika ada yang berkelakuan seperti Keikoh dan “suami-suaminya” itu. Bener-bener nggilani… Yang cewek mau dipakai berkali-kali, yang cowok mau jadi panggilan… Semoga kita sebagai hamba Tuhan terhindar dari kelakuan tidak patut tersebut. Cukup kucingku saja yang demikian, oke? Sepakat…? Ya..., bagus!


NB.
pe.la.cur n perempuan yang melacur, sundal; wanita tunasusila
po.li.an.dri n sistem perkawinan yg membolehkan seorang wanita mempunyai suami lebih dr satu orang dl waktu yg bersamaan

Rabu, 17 Agustus 2011

17 Agustus 2006


“Hari Senin-Selasa-Kamis, Paskibra nongol lagi.. Salah dikit, hukum lagi, nggak takut mati..” (dinyanyikan dengan irama iklan sebuah pembersih lantai, yang nada terakhirnya ‘kumannya sudah mati’)
Menjadi seorang anggota paskibra (pasukan pengibar bendera) sama sekali tidak pernah terbayang di benakku. Ketika harus latihan di tengah teriknya matahari, ketika harus meneguk air garam karena terlambat datang, sampai ketika mengalami sedikit kesalahan saat sedang berlaga di Lapangan Palagan Agung.

Capek.
Pegal.
Kecewa.
Tapi juga senang.
Dan ada haru.
Takkan terlupa.

Lima tahun sudah berlalu. Namun kebersamaan itu serasa belum berlalu. Sebuah kerjasama yang terbagi ke dalam Tim 17, Tim 8, dan Tim 45. Sebuah kerjasama yang terjalin selama kurang lebih enam bulan. Bahu-membahu membentuk suatu kesatuan: Paskibra Al-Zaytun Angkatan IV Tahun 2006.
Jayalah terus, Indonesiaku!

Senin, 15 Agustus 2011

Sup Buah Ibu


Ya Tuhan…, kapan ya terakhir kali saya ngeblog? Hohoho..!!
Sudah hampir sebulan, rumah ketiga ini saya tinggalkan. Tidak pernah saya sambangi lagi sejak tanggal 19 Juli 2011. Sumpah, saya sama sekali tidak bermaksud untuk amnesia. Seingat saya, waktu itu ayah datang ke Jogja dalam rangka urusan keluarga. Terus selang sekian hari, saya pergi ke Tawangmangu. Lalu dilanjut rapat di beberapa malam. Kemudian ikut musang (musyawarah anggota) di Kaliurang. Sambung lagi di kegiatan ospek bagi maba/miba. Eh.., tau-tau udah naik Putra Remaja, haha..
Sampai rumah malah keasyikan nonton film, baca tumpukan Tempo, main kucing, ngisi TTS, sama dekor ulang kamar. Kurang lebih seminggu di rumah, baru deh kepikiran lagi sama “blog”. Itu pun ingatnya setelah makan, wkwkwk.. Setelah makan salah satu masakan bunda ketika berbuka puasa. Masakan yang selalu ada setiap hari selama Ramadhan. Ya, sesuai judul tulisan ini: Sup Buah.
Sup buah mungkin bisa dikatakan salah satu menu favorit untuk berbuka puasa. Berbagai macam irisan buah dijadikan satu dan dicampurkan dengan air dingin. Atau mungkin ada yang pakai air panas? Hmm, boleh-boleh.. Namun sepengetahuan saya, yang namanya sup buah itu dihidangkan dengan cara dingin, malah disisipi dengan potongan-potongan es batu.
Lebaran kali ini adalah giliran saya berlebaran di Palembang. Setelah setahun yang lalu di Kotagede, Yogyakarta dan dua tahun yang lalu di Sumobito, Jombang. Sudah dua tahun saya tidak merayakan Idul Fitri bersama ayah dan bunda, juga adik-adik. Di rumah, bunda memang selalu membuat sup buah sebagai menu berbuka. Sekali lagi: selalu. Sehabis zhuhur, bunda akan beraktivitas di dapur. Mengambil beberapa buah-buahan dari kulkas dan memotong-motongnya dengan bentuk yang variatif.
Papaya dengan bentuk bola. Alpukat juga dengan bentuk bola. Cincau diiris memanjang. Timun suri dijadikan balok. Melon juga dijadikan balok. Terkadang melon diganti dengan semangka, ada gilirannya. Apel dibentuk kotak-kotak kecil, seperti irisan mentimun di nasi goreng. Dan terakhir, karena ini Palembang, bunda menambahkan “selasih”. Rupanya kecil-kecil bak biji tomat. Sesekali bunda juga menambahkan “nata de coco”, tapi jarang. Kalau selasih-nya sering, setiap hari pakai selasih. Setelah semua buah selesai dibentuk, bunda mencampurnya dengan air biasa.
Mangkuk berisi sup buah selanjutnya dimasukkan ke dalam lemari es. Jam satu sampai dengan jam enam. Sekitar lima jam, mereka mengalami pendinginan. Dan tatkala bedug maghrib tiba dan berkumandang suara adzan, bunda mengeluarkan sup buah itu. Kami semua menyantapnya dengan menambahkan beberapa potongan es batu. Satu bungkus es batu dipecah-pecah untuk kami berlima. Kadang berempat atau bertiga karena adik-adik tidak selalu di rumah. Adik perempuanku sekolah SMPIT, jadi tinggal di asrama. Adik laki-lakiku kuliah di Indralaya sana, di asrama juga.
Semua saudari kandung bunda juga membuat menu yang sama ketika berbuka puasa. Bulik yang di Yogyakarta juga demikian. Bedanya terkadang ada buah sirsak. Dan es batu di rumah bulik porsinya satu rantang, lebih banyak. Bude yang di Surabaya juga sama. Bedanya terkadang ditambahi buah nanas. Es batu-nya juga lebih banyak. Intinya, semua keluarga Mbah Munif suka buah dan suka es.
Nah, bagaimana racikan sup buah yang kamu santap?