,
Rabu, 31 Oktober 2012
Minggu, 28 Oktober 2012
Just Sharing
Alhamdulillah, sejak beberapa bulan lalu memantapkan passion,
pelan-pelan mulai ada hasil. Hasil tersebut memang belum seberapa, maklum,
masih amatir. Dan lagi, ada kewajiban akademik dan kewajiban lembaga yang
sama-sama harus seimbang. Seperti yang pernah kusampaikan dalam sebuah forum, “Jangan
cepat puas, sebelum mimpi itu tercapai sepenuhnya.
Have a nice reading for these amateur writings:
Opini Swara Kampus (KR Group), dimuat 11 September 2012.
Argumentasi Kompas Kampus, dimuat 11 September 2012.
Suara Mahasiswa Seputar Indonesia, dimuat 03 Oktober 2012.
Suara Mahasiswa Okezone.com, dimuat 26 Oktober 2012.
Nominasi Esai Sospol in Action, baru tahu 28 Oktober 2012
atau setelah masa voting ditutup.
Bukan bermaksud ingin dipuji dan sebagainya, melainkan hanya
ingin kritik dan saran jika teman-teman bersedia. Karena bagaimanapun, tulisan-tulisan
di atas masih terbilang pemula, dari tangan seseorang yang biasa, tanpa
embel-embel beasiswa, hehehe.. Namun jika tidak bersedia, juga tidak apa-apa.
Terima kasih sudah berkenan membaca.
Rabu, 24 Oktober 2012
Setiap Kita Berhak Bermimpi
“Kalo kita punya mimpi, genggam, dan kejar mimpi itu,”
demikian kata Desi Trisnawati, finalis Master Chef Indonesia Season 2. Direktur
sebuah hotel di Pulau Bangka tersebut mengatakannya pada program Master Chef Indonesia
Season 2 yang tayang di RCTI, episode 21 Oktober 2012 lalu. Mungkin bagi
beberapa orang, Desi bukanlah siapa-siapa, namun kata-katanya perlu dijadikan
apa-apa.
Begitu banyak “orang” mengawali sesuatu karena mimpi. Sebut
saja, Agnes Monica, penyanyi Indonesia yang go international. Oke, bagi
dirimu yang suka berpikir kritis atau berfilosofis, tokoh seperti Desi dan
Agnes mungkin tidak masuk hitunganmu, tapi cobalah pikirkan kata-kata mereka. Bahwa
segalanya dimulai dari mimpi. Bahwa apa yang mereka lakukan demi suatu
pencapaian adalah berawal dari mimpi.
B.J. Habibie pun menjadi ahli penerbangan ternama, ternyata
juga karena mimpi. Mimpi untuk menghubungkan seluruh nusantara yang terdiri
dari banyak pulau dengan moda transportasi pesawat terbang. Begitu pula
(mungkin) dengan tokoh-tokoh lain, seperti Anies Baswedan dengan Indonesia
Mengajar-nya dan Yusuf Mansur dengan Indonesia Menghafal-nya. Who knows that
it just because of dreams…
Buku “5 Cm” karya Dhonny Dirgantara juga mengajarkan kita
untuk peduli dengan mimpi. Imajikan mimpi itu dan gantungkan di sini, lima
sentimeter dari pelipis, demikian analogi yang digunakan Dhonny untuk
mengingatkan siapapun akan mimpinya. Buku “Sang Pemimpi” karya Andrea Hirata
juga mengajarkan hal serupa. Bermimpilah, dan Tuhan akan memeluk mimpi itu,
ujar Arai sang tokoh utama rekaan Andrea.
Mimpi, mimpi, dan mimpi. Setiap kita berhak bermimpi, akan
dikemanakan mimpi itu, diwujudkan atau hanya dibayangkan, tergantung masing-masing kita. Tentunya, setiap kita
ingin tidak stuck sebagai pengkhayal, setiap kita pasti ingin mimpi itu
menjadi kenyataan. “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah
tanpa lelah sampai engkau meraihnya,” kata Nidji dalam lagunya, Laskar Pelangi.
Untuk mewujudkan mimpi itu dibutuhkan usaha. Seberapa besar
usaha itu tergantung seberapa tinggi mimpi kita. Hubungan linear setidaknya
berlaku di sini, semakin tinggi sebuah mimpi, semakin besar usaha yang harus
dilakukan untuk mewujudkannya. Semakin besar pula (terkadang) kendala yang
menyertai usaha tersebut. Berkorban waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, yang
tidak sedikit.
Walau bagaimanapun, sekali lagi, setiap kita perlu
menjadikan kata-kata Desi sebagai apa-apa. Oke, jangan lihat latar belakang Desi, cukup lihat saja keuletannya
bertahan di kompetisi hingga kini sampai di babak grand final. Bahwa ternyata di balik usahanya, ibu tiga anak tersebut
pun berpemahaman untuk selalu konsisten dengan suatu mimpi.
Konsisten dengan mimpi, meskipun harus dijalani secara
mandiri. Karena diri ini yakin, Tuhan itu sudah lebih
dari cukup. Bismillah…
New spirit after joined
IELTS Simulation
23rd of October,
2012
The Phoenix Hotel,
Yogyakarta
Selasa, 16 Oktober 2012
Bintang Jatuh
Buper Sekipan, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Hari survey di Pos 2. Awalnya, diri ini sangsi ketika tiga
perempuan itu tiba-tiba tengadah. Berseru tentang adanya gerakan benda langit. Beberapa
detik terdiam, tidak menjawab apa-apa ketika dilontar tanya.
Esoknya, kulihat sendiri dengan mata kepala. Hari H di flying
camp. Sesaat sebelum pejamkan mata di dalam sleeping bag. Sejurus
menatap taburan bintang sembari berbaring di semak-semak.
Bintang jatuh!
Gerakan benda langit itu begitu nyata. Tertangkap basah oleh
retina. Titik putih bercahaya yang bergerak, entah ke arah mata angin mana. Bergerak
meninggalkan garis putih yang berarak. Bergerak di antara taburan titik-titik bercahaya
lainnya.
Make a wish, Bud!
“Jika kami berjodoh, Tuhan, pertemukanku kembali
dengannya…”
Langganan:
Postingan (Atom)