Sabtu, 31 Desember 2011

Mewaspadai Kapitalis dan Membela Proletar


Sebagaimana gagasan dasar pembentukan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) yakni keinginan untuk lebih mengakomodasi aspirasi daerah, saya akan berusaha secara total untuk dapat melaksanakan hal tersebut seandainya saya menjadi anggota DPD RI. Selain itu, gagasan dasar lainnya adalah sekaligus memberi peran yang lebih besar kepada daerah dalam proses pengambilan keputusan politik, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan langsung dengan kepentingan daerah.
Beberapa contoh kepentingan daerah misalnya terkait hak milik tanah dan hak turut serta menikmati sumber daya alam (SDA) daerah secara proporsional. Setiap daerah tentu mempunyai potensi masing-masing dimana potensi yang paling nyata dirasa keberadaannya adalah SDA. Potensi unggulan tersebut bersifat membangun apabila benar-benar diberdayakan seoptimal mungkin oleh sumber daya manusianya, termasuk anggota DPD RI. Meski tidak berperan sentral secara struktural dalam memimpin daerah, anggota DPD RI sedikit banyak ikut menentukan kemajuan daerah.
Sebagai insan yang melek media, tentu kita semua tahu akan kejadian pilu yang terjadi di Mesuji, Lampung dan Mesuji, Sumatera Selatan, serta di Bima, Nusa Tenggara Barat. Sengketa lahan yang berbuntut petaka. Merujuk pada apa yang pernah dikemukakan Karl Marx dalam teorinya bahwa dalam ekonomi kapitalis (kapitalisme) terdapat dua kelas sosial. Pertama adalah kaum kapitalis atau borjuis sebagai kaum pemilik modal dan alat-alat produksi. Kedua adalah kaum buruh atau proletar sebagai kaum yang tidak memiliki cukup modal dan alat-alat produksi.
Benang merah yang menjadi penghubung dari kasus-kasus di Mesuji dan Bima adalah di setiap tempat tersebut selalu ada perusahaan yang berkepentingan tertentu di area (daerah) milik warga masyarakat. Perusahaan dianalogikan sebagai kaum kapitalis, sementara warga dianalogikan sebagai kaum proletar. Maka dari itu, adalah konflik kepentingan antara kaum kapitalis dan kaum proletar yang sedang terjadi. Konflik pun bertambah parah dengan dugaan keterlibatan aparat penegak hukum yang semestinya mengayomi dan melindungi masyarakat, namun kenyataan di lapangan tidak demikian.
Uniknya, konflik yang terjadi sudah merupakan akumulasi kejenuhan yang begitu lama dari pihak yang tertekan, dalam hal ini warga masyarakat. Artinya, sudah sejak lama konflik tersebut tercipta dan belum menemukan hasil dari berbagai upaya mediasi yang telah dilakukan. Wajar saja, jika warga marah dan melampiaskan kekesalannya. Di mana para anggota DPD RI? Di manakah mereka sebagai pengumpul aspirasi daerah dan pejuang kepentingan daerah?
Sebagai wakil daerah, tentu saya tidak ingin daerah yang saya wakilkan mengalami kejadian serupa dengan Tragedi Mesuji maupun Bima. Salah satunya adalah dengan menyeleksi ulang dan mengawasi ketat agar kepentingan antara perusahaan dan masyarakat berjalan seimbang. Keduanya merupakan mata rantai yang saling membutuhkan satu sama lain secara tidak langsung. Keduanya pun sebenarnya dapat saling bersinergi membangun daerah, bukan malah saling berkontradiksi melibatkan tindakan represif.
Dengan kata lain, saya akan senantiasa waspada atau bersikap hati-hati terhadap perusahaan-perusahaan yang ada, entah itu perusahaan pertambangan, perkebunan, properti, pabrik kimia, dan lain-lain. Sebagai kaum kapitalis, mereka harus dijaga supaya tidak berbuat terlalu berlebihan. Selain itu, saya juga akan selalu berpihak kepada rakyat daerah dan membela mereka sebagai kaum proletar. Sebab, sekali lagi, tugas utama anggota DPD RI adalah mengakomodasi aspirasi daerah.


Jumat, 30 Desember 2011

Greyson Chances - Waiting Outside The Lines

Waiting Outside The Lines
By: Greyson Chances




You’ll never enjoy your life
Living inside the box
You’re so afraid of taking chances
How you gonna reach the top

Rules and regulations
Force you to play it safe
Get rid of all the hesitation
It’s time for you to seize the day

Instead of just sitting around
And looking down on tomorrow
You gotta let your feet off the ground
The time is now

I’m waiting, waiting, just waiting
I’m waiting, waiting outside the lines

Hoo.. Woo.. Woo..
Waiting outside the lines
Hoo.. Woo.. Woo..
Waiting outside the lines

Try to have no regrets
Even if it’s just tonight
How you gonnna walk ahead
If you keep living behind

Stuck in the same position
You deserve so much more
There’s a whole world around us
Just waiting to be explored

Instead of just sitting around
And looking down on tomorrow
You gotta let your feet off the ground
The time is now, just let it go

The world will force you to smile
I’m here to help you notice the rainbow
Cause I know
What’s in you is out there

I’m waiting, waiting, just waiting
I’m waiting, waiting outside the lines

Hoo.. Woo.. Woo..
Waiting outside the lines
Hoo.. Woo.. Woo..
Waiting outside the lines

I’m trying to be patient
The first step is the hardest
I know you can make it
Go ahead and take it

I’m waiting, waiting, just waiting
I’m waiting

I’m waiting, waiting, just waiting
I’m waiting, waiting outside the lines

Hoo.. Woo.. Woo..
Waiting outside the lines
Hoo.. Woo.. Woo..
Waiting outside the lines

You’ll never enjoy your life
Living inside the box
You’re so afraid of taking chances
How you gonna reach the top…

Minggu, 25 Desember 2011

Mekanisme Perbaruan STNK


Tidak sulit menemukan Kantor Samsat Bantul. Telusuri saja Jalan Bantul, terus sampai tiba di Kota Bantul, dan kita akan menemukan papan penunjuk arahnya. Letak kantornya memang tidak di pinggir jalan raya kota, tetapi agak masuk ke jalan-jalan kecil. Karena di setiap belokan sudah ada papan penunjuknya, kita tidak akan tersesat.
Hari itu, saya ke sana untuk mengurus perbaruan surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK). Secara berkala, STNK akan mengalami perpanjangan atau perbaruan. Tahun ini, saya berinisiatif untuk mengurusnya sendiri, tidak lagi menggunakan biro jasa seperti tahun sebelumnya. Ternyata, tidak ribet-ribet amat.

Berikut ini langkah-langkahnya:
a)    Loket 2A: Cek Fisik
Sepeda motor yang hendak diperbarui STNK-nya mula-mula dibawa ke loket 2A di samping kantor. Di sini, akan dilakukan cek fisik dimana ada petugas yang akan menggesekkan suatu kertas ke rangka mesin sepeda motor kita. Nomor rangka mesin tersebut nantinya timbul di kertas yang dimaksud. Petugas lalu menyerahkan kertas dengan nomor rangka mesin itu kepada kita untuk selanjutnya diserahkan kepada petugas di loket. Petugas di loket akan meminta fotokopi STNK berikut aslinya, fotokopi KTP berikut aslinya, dan fotokopi BPKB tanpa aslinya. Semua akan distapleskan di surat pengantar pengambilan formulir. Biaya yang dikeluarkan di loket ini sebesar Rp10.000,-
b)    Loket 3A: Layanan Formulir
Surat pengantar tadi kemudian diserahkan ke loket 3A yang terletak di dalam kantor. Kita meletakkannya di keranjang kecil yang ada di depan jendela loket, lalu menunggu nama kita dipanggil. Dan begitu dipanggil, petugas akan memberikan formulir isian dan memberitahukan kita bahwa biayanya Rp80.000,- Selanjutnya, formulir tersebut kita isi dengan data-data yang ada di STNK dan di KTP kita. Tak lupa pula tanggal hari itu dan tanda tangan kita.
c)     Loket 3B: Pengesahan Ulang
Setelah selesai mengisi formulir, formulir lalu diserahkan ke loket 3B. Sama seperti sebelumnya, kita menaruhnya di keranjang kecil di depan jendela loket. Kita kembali menunggu sampai nama kita dipanggil. Sebentar kemudian, nama kita pun dipanggil dan petugas meminta kita menunjukkan BPKB asli. Selanjutnya, kita akan diminta menunggu di depan loket 4B.
d)    Loket 4B: Pengambilan Resi Balik Nama
Di sini, kita menunggu agak lama. Sebab setelah menunjukkan BPKB tadi, agaknya petugas memindahkan data-data isian formulir kita ke komputer. Kita bisa menunggu sembari menonton televisi yang ada di tengah ruangan. Begitu nama kita dipanggil, kita diberikan selembar kertas kecil oleh petugas yang berisikan jumlah nominal yang harus dibayarkan. Petugas juga mengembalikan KTP asli kita. Kita pun diarahkan menuju kasir, baik itu kasir I atau kasir II.
e)    Loket 5A – Kasir II: Pengesahan Ulang PKB
Saya mendapat tempat di kasir II yang merupakan bagian dari loket 5A. Kita akan mengantre giliran untuk membayar. Tertera di kertas kecil saya: PKB Rp118.500,- dan SWDKLLJ Rp35.000,- sehingga totalnya sejumlah Rp153.500,- Selanjutnya, setelah membayar, kita diminta ke loket 6 untuk mengambil STNK baru.
f)      Loket 6: Pengambilan STNK dan TNKB/Plat Nomor
Kita kembali menunggu agak lama di sini. Dan begitu nama kita dipanggil, kita akan mendapatkan STNK baru kita, beserta plastik pembungkusnya. Karena STNK tersebut diperbarui, bukan diperpanjang, tentu kita juga akan mendapatkan tanda nomor kendaraan bermotor (TNKB) baru. TNKB itu akan diberikan beberapa hari kemudian, tanggalnya akan disertakan di STNK baru kita.

Bicara soal jam buka kantor, di dinding kantor sudah terpampang jelas papan jadwalnya. Hari Senin – Kamis pukul 08.00 – 13.00, lalu hari Jum’at pukul 08.00 – 11.45, dan hari Sabtu pukul 08.00 – 12.30. Di beberapa sudut ruangan, juga terpampang papan-papan lainnya di dinding, seperti Mekanisme Pengurusan STNK dan Pembayaran PKB, Persyaratan Pengurusan STNK dan Pajak Kendaraan Bermotor, PP No.50 Tahun 2010 tentang Biaya Pengurusan, dan Nilai-nilai Budaya Kerja.
Tak lupa pula terpajang papan bertuliskan visi dan misi kantor yang ditandatangani tiga petinggi sekaligus, yaitu Kepala Kepolisian Resor Bantul yang diwakili a.n. Kepala Satuan Lalu Lintas, lalu Kepala Kantor Pelayanan Pajak Daerah Provinsi DIY Kab. Bantul, dan Kepala Unit Teknik PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang DIY. Masing-masing tanda tangan disertai pula dengan logo instansi terkait, yaitu Logo Kepolisian DIY, Logo Provinsi DIY, dan Logo Perusahaan Jasa Raharja.
Selesai sudah proses perbaruan STNK saya. Waktu yang saya habiskan sekitar satu jam setengah, saya mulai mengurus jam setengah sembilan dan selesai semuanya jam sepuluh kurang sedikit. Dari awal loket sampai akhir loket, total biaya seluruhnya jadi Rp243.500,- Saya pikir cukup besar juga untungnya bagi biro jasa, mengingat tahun lalu biaya yang saya keluarkan mencapai Rp300.000-an, padahal itu perpanjangan yang mungkin lebih murah dari perbaruan. Ah, tidak masalah… Yang penting saya tahu bagaimana pengalamannya, baik yang melalui biro jasa maupun mengurus sendiri…

Sabtu, 17 Desember 2011

Puisi Terakhir Soe Hok Gie


Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.
Tapi, aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu.
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandalawangi.

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang.
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra.
Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku.
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya.
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.

Mari sini, sayangku.
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita tak pernah menanamkan apa-apa.
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa.

Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan.
Yang kedua dilahirkan tapi mati muda.
Dan yang tersial adalah berumur tua.
Berbahagialah mereka yang mati muda.
Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada.
Berbahagialah dalam ketiadaanmu.

Selasa, 11 November 1969



_______________________________
Happy birthday, to you..
Happy birthday, to you..
Happy birthday, happy birthday..
Happy birthday to you..

Soe Hok Gie
17 Desember 1942 – 16 Desember 1969
_______________________________

Jumat, 16 Desember 2011

"Dari struggling-nya untuk maju..." - (Seri KI Apac 2)

Walaupun sempat ‘betek’ tidak ke Unit Weaving, sesi berikutnya sangat bermanfaat. Tidak kalah menarik dari sekadar visualisasi mesin-mesin pertenunan…
* * *

Foto bersama di depan Gripac.
(diriku di bagian kiri belakang lho...)
Sosok itulah jawaban mengapa kami langsung dibawa kembali ke Gripac sekeluarnya dari Unit Spinning. Perawakannya besar dengan potongan rambut tersisir rapi. Kemeja birunya berpadu senada dengan celana denim yang dikenakannya. Begitu angkat bicara, suaranya terdengar pas dengan postur badannya tadi. Beliau adalah Bapak Lucas L. Prawoto, salah seorang alumni Tekstil UII yang menjabat sebagai General Manager di PT. Apac Inti Corpora. Salah satu sosok penting di Apac ini, alhamdulillah, bisa meluangkan waktunya menemui kami dan memberikan “wejangan”.
“Industri tekstil adalah industri yang tidak pernah berhenti,” demikian Pak Lucas memulai pembicaraan. Beliau mengungkapkan bahwa satu di antara sekian masalah yang tengah melanda industri tekstil adalah sumber daya manusia (SDM) yang kurang andal. Banyak pelaku tekstil di Indonesia yang cenderung oportunis, tidak industrialis, sehingga industri tekstil imbasnya kekurangan SDM yang andal. Kata “andal” jika diterjemahkan ke dalam bahasa yang sederhana artinya sesuai dengan kemampuan perusahaan. Andal maksudnya mampu memberikan nilai tambah (value) bagi perusahaan. “Jangan sampai ada Anda dan tidak ada Anda, sama saja,” ujarnya lagi.
Pak Lucas menyatakan bahwa saat ini banyak perusahaan tekstil agak kesulitan dalam mencari lulusan perguruan tinggi. Ironisnya, peluang ini malah diambil oleh pihak asing. Posisi-posisi penting banyak yang diduduki oleh orang-orang India. “Apa kita mau kayak gitu, tekstil kita naik tapi kita-nya jadi penonton, padahal ada UII (di Jogja), ada ITT (di Bandung), kenapa begitu terjadi?” tanyanya pada kami semua. Dan beliau menjawab pertanyaanya dengan berpendapat jika ada yang salah dalam pendidikan tekstil, mengapa generasi mudanya tidak dipersiapkan. Masa depan tekstil Indonesia ditentukan oleh anak-anak mudanya, bukan bapak-bapaknya saja.
Pak Lucas mengaku bahwa sebenarnya kualitas SDM lokal mampu bersaing dengan SDM asing, tinggal bagaimana mengubah mindset atau mentalitas saja. “Kalau saya lihat, kemajuan seseorang ternyata tidak ditentukan dari IP-nya berapa, tapi dari struggling-nya untuk maju, itu penentuan,” kata beliau dengan intonasi yang tenang namun pasti. Masa depan tekstil Indonesia petanya sudah jelas. Spinning adalah nomor satu sebab perputaran modalnya relatif cepat. Bahan baku yang dibeli dapat segera dijadikan benang untuk kemudian dijual lagi.
Namun demikian, yang harus ditata nomor satu adalah soal mindset tadi. Kalau tentang ilmu pengetahuan, anak-anak muda tinggal berguru saja kepada bapak-bapak pengajar. Masalahnya, ketika sudah mempunyai ilmu, berapa persen yang mau digunakan, itu tergantung dari anak-anak mudanya. Lebih lanjut, Pak Lucas memberikan rumus sukses. Sukses itu sama dengan kemampuan dikalikan dengan kemauan. Misalnya, kemampuan 5 dan kemauan 9, hasilnya jadi 45. Misal lainnya, kemampuan 6 dan kemauan 6, hasilnya jadi 36. Misal lainnya lagi, kemampuan 8 dan kemauan 3, hasilnya jadi 24.
Bagaimana maksudnya?
Jadi, orang yang kemampuannya tinggi belum pasti lebih sukses daripada orang yang kemampuannya rendah. Contoh nyata dalam dunia kampus, orang yang IP-nya tinggi belum tentu sukses karena IP hanyalah simbol kemampuan, masih ada hal-hal menunjang lain tergantung kemauan. Jelaslah bahwa SDM yang andal secara optimal adalah yang sejalan linear antara kemampuan dan kemauannya, saya menarik kesimpulan demikian. Struggling­-nya ada pada aspek keuletan, kesabaran, dan ketekunan. Contoh nyata dalam dunia industri, andaikan pimpinan perusahaan diganti dan orang itu tidak senang dengan kita, ia selalu menjepit dan menekan kita, lantas apa kita harus keluar? Kalau begitu, ya kita harus survive yang kuat.
“Ilmu sebagus-bagusnya ilmu, kalau tidak dimanfaatkan ya percuma. Dan untuk bisa memanfaatkan itu, mindset-nya adalah kemauan. Kalau kemauannya kecil, ilmu yang dikeluarkan juga kecil,” nasihat Pak Lucas. Beliau pun menambahkan bahwa kita sekarang hidup dalam hidup yang dinamikanya benar-benar harus total. Banyak orang pintar, tapi pintar teori saja. Di perusahaan sendiri contohnya, banyak yang pintar membuat program, namun ketika dilakukan introspeksi setelah setahun berlalu, paling hanya berapa program saja yang berjalan. Banyak orang pintar hanya bisa bicara, namun implementasinya kurang.
Dari kiri ke kanan:
Pak Agus, Pak Gumbolo, dan Pak Lucas.
Menutup pembicaraan, Pak Lucas kembali memberikan nasihatnya. “Kita harus punya mental yang berani, keberanian memutuskan sesuatu, bahkan keberanian untuk tidak disukai karena keputusan-keputusan untuk memperbaiki perusahaan itu,” tuturnya lugas. Acara pun dilanjutkan dengan sesi penyerahan cinderamata. Pak Gumbolo menyerahkan sebuah plakat kepada Pak Lucas sembari diiringi tepuk tangan para hadirin.
Akhirnya, selesai juga kunjungan industri kami di PT. Apac Inti Corpora. Hujan yang sesekali mengguyur Apac memang sempat menjadi kendala kami ketika berada di Unit IPAL, namun secara keseluruhan acara berlangsung dengan lancar. Sekitar jam lima sore, bus pun kembali bergerak membawa kami semua pulang ke Kota Jogja. Ada satu kesan berupa logika tekstil yang saya tangkap dari penjelasan Pak Agus selepas menonton video profil perusahaan. “Kita (Indonesia) membuat benang dan kain, lalu dikirim ke luar negeri, dan dijahit menjadi produk seperti celana denim (jeans) oleh garmen di luar negeri. Orang kita yang pergi ke luar negeri kemudian membeli jeans tersebut di luar negeri dan membawa pulang ke Indonesia sebagai oleh-oleh dari luar negeri. Tapi…, kalau ternyata bahannya dari Indonesia juga, apa masih layak disebut “produk luar negeri”? Hmm…,” gumam saya pada diri sendiri.
Layar ponsel menunjukkan pukul 20.51 WIB ketika bus tiba kembali di Kampus UII Terpadu, di FTI UII tercinta. Ah, semoga besok-besok ada KI lagi sehingga wacana kami seputar dunia industri semakin terbuka (dan tercerahkan)…

"Spinning lagi, spinning lagi..." - (Seri KI Apac 1)

Setelah beberapa waktu lalu berkunjung ke Sritex di Sukoharjo, kali ini kami berkunjung ke Apac di Bawen, Semarang. Ilmu baru pun kembali didapatkan…
* * *

Pak Dosen yang juga Pak Dekan kembali mengajak kami berdelapan melakukan kunjungan industri (KI). Kami berdelapan adalah mahasiswa beliau yang pada semester V ini diampu di mata kuliah “Proses Kimia Tekstil III”. Mata kuliah tersebut mempelajari proses after treatment, yaitu proses setelah treatment untuk mendapatkan sifat khusus pada bahan (kain), seperti sifat krep/berkeriput pada permukaan kain, anti air, anti api, anti mengkeret, anti hama, dan lain sebagainya.
Pada tanggal 13 Desember 2011, kami berkesempatan untuk bertamu ke PT. Apac Inti Corpora atau “Apac” yang beralamat di Jalan Soekarno Hatta Km.32, Bawen, Kabupaten Semarang. Seperti KI sebelumnya pada tanggal 31 Oktober 2011 ke PT. Sri Rejeki Isman atau “Sritex”, kali ini kami pun pergi bersama-sama dengan para mahasiswa magister (S2), yakni Magister Teknik Industri dan Magister Teknik Informatika. Dengan total peserta KI sebanyak 35 orang, kami bepergian dengan menggunakan bus pariwisata. Bus hitam yang berkapasitas 49 kursi dengan dua pintu hidroliknya.
Layar ponsel menunjukkan pukul 09.07 WIB ketika bus perlahan-lahan meninggalkan Kampus UII Terpadu di Jalan Kaliurang. Beberapa saat kemudian, melihat jalan-jalan daerah Turi yang dilalui bus, saya yakin kali ini sopirnya profesional. Tidak seperti kemarin saat kami ke Sritex yang sempat berputar-putar tidak jelas. Jarak Jogjakarta-Sukoharjo yang normalnya ditempuh dalam waktu 1,5 jam menjadi 3 jam! Baik saat berangkat maupun pulang, sama-sama “nyasar”. Bahkan ketika pulang, bus sempat putar balik di Terminal Wonogiri. Lha, rute Sukoharjo-Jogjakarta kok ya lewatnya Wonogiri…
Menurut manual acara, perjalanan ke Bawen memakan waktu 3 jam. Dan tepat pukul 12.00 WIB, kami sampai di lokasi KI. Kami melaksanakan shalat zhuhur di Masjid Assalam yang merupakan masjid milik Apac. Setelah itu, kami kembali ke bus untuk makan siang. Barulah sekitar jam satu kurang sepuluh, bus kembali berjalan untuk masuk ke area pabrik.
Sepuluh menit kemudian, kami disambut dengan hangat di Gedung Griya Pelatihan Apac atau Gedung Gripac. Tampak mobil Kijang Innova coklat yang merupakan mobil dinas FTI UII telah terparkir lebih dulu di sana. Rupanya, Pak Dekan kami, Bapak Ir. Gumbolo Hadi Susanto, M.Sc., telah tiba lebih dulu. Beliau didampingi Ibu Dr. Sri Kusumadewi, S.Si, M.T. selaku Direktur Program Pascasarjana FTI UII, Bapak Jerry Irgo selaku Marketing Representatif Program Pascasarjana FTI UII, Bapak Hendrik, S.T., M.Eng. selaku Koordinator Magister Teknik Informatika, Bapak Ir. Ali Parkhan, M.T. selaku Koordinator Magister Teknik Industri, serta Bapak Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T. selaku guru besar FTI UII Bidang Ergonomi Industri.
Pimpinan Gripac yang diwakili oleh Bapak Agus Subagyo selaku Kepala Pelatihan Apac mengucapkan selamat datang kepada kami semua. Acara dimulai dengan penyampaian kata sambutan dari tamu, dalam hal ini yaitu oleh Pak Gumbolo. Beliau mengutarakan bahwa maksud kedatangan rombongan FTI UII ke Apac kali ini adalah sebagai lanjutan dari kunjungan terdahulu. Dengan kata lain, untuk menindaklanjuti apa yang kiranya bisa dikerjasamakan.
Pak Agus sempat guyon, katanya, “Saya pikir yang di UII sudah tutup tekstilnya (haha, saya ketawa saja dalam hati…), jadi tinggal ITT saja yang di Bandung. Sebab yang saya dengar juga, yang mau datang ini dari Jurusan Teknik Kimia.” Maka, Pak Gumbolo pun menjelaskan bahwa Teknik Tekstil di UII merupakan pilihan konsentrasi dalam Teknik Kimia. Jadi, tidak salah juga jika beliau menyebut bahwa yang datang ini dari Teknik Kimia.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi pemutaran video profil perusahaan. Dengan mengusung jargon “Dinamika Tekstil Sejati Kelas Dunia untuk Kehidupan Anda yang Semakin Dinamis”, PT. Apac Inti Corpora bergerak sebagai pabrik atau perusahaan tekstil yang terpadu dan harmonis. Produk Apac ada tiga, yaitu benang tenun (yarn), kain mentah atau kain grey (greige fabric), dan kain denim (denim fabric). Selain itu, Apac juga menyediakan jasa berupa laundry service yang difungsikan sebagai penambah efek artistik pada kain denim. Kain denim inilah yang menjadi produk utama Apac.
Setelah pemutaran video usai, Pak Agus menambahkan beberapa informasi lagi yang tidak ikut ditampilkan dalam video. Salah satunya adalah julukan “gemah ripah loh jinawi” bagi Indonesia. Pada kenyataannya, bahan baku produk yang berupa kapas tidak dapat tumbuh subur di Indonesia sebab iklim tanamnya kurang bagus di Indonesia. Secara biologis, kapas itu butuh air tapi tidak butuh hujan. Dalam waktu tanamnya yang mencapai 7 bulan, tidak boleh ada hujan. Solusinya, kapas pun diimpor dari sejumlah negara, antara lain India, Pakistan, Australia, bahkan Amerika Serikat. Setiap negara terkait mempunyai spesifikasi, kualitas, dan juga harga kapas tersendiri.
Informasi demi informasi tersebut saya catat sebagai bahan penulisan artikel nantinya, baik yang dari video maupun yang dari penjelasan Pak Agus. Informasi tersebut, antara lain data kapasitas produk, standar pengawasan mutu, fasilitas karyawan perusahaan, unit-unit yang ada di perusahaan, kondisi terkini perusahaan, maintenance (perawatan) mesin, dan lain sebagainya. Meskipun yang wajib membuat artikel hanya mahasiswa unggulan BPKLN, tidak ada salahnya kan kalau saya yang mahasiswa biasa ini ikut mencoba. Jadi, ayo menulis, hehe..
Akhirnya, sampailah kami ke sesi kunjungan pabrik. Rencananya, ada 3 unit pabrik yang akan kami kunjungi, yaitu Unit IPAL (instalasi pengolahan air limbah), Unit Spinning (unit pemintalan benang), dan Unit Weaving (unit pembuatan kain). Hujan yang cukup deras mengguyur bumi Apac ketika kami memulai kunjungan pabrik.
Di depan "Museum" Spinning Apac
yang terletak di samping Gripac.
(namanya laboratorium,
tapi isinya lebih mirip museum)
Pada Unit IPAL, kami mendapat penjelasan bahwa ada 3 proses pengolahan limbah yang dilakukan, yakni proses fisika dengan penyaringan, proses kimia dengan penambahan zat kimia dan koagulan organik, dan proses biologi dengan aerasi menggunakan bakteri aerob. Selanjutnya, di Unit Spinning, saya rasa hampir mirip dengan pabrik-pabrik lainnya. Ada mesin blowing, mesin carding, mesin drawing, mesin roving, mesin ring spinning, dan mesin winding. Saya hanya bertanya maksud huruf “W” dan huruf “K” di bagian belakang nomor benang. Contohnya, Ne 30 W dan Ne 20 K. Maksudnya adalah W itu artinya weaving atau benang tenun dan K itu artinya knitting atau benang rajut.
Ah, sebenarnya saya ingin langsung ke Unit Weaving saja. Saya ingin memvisualkannya secara nyata: penghanian, pencucukan, pemaletan, serta tiga tahapan pokok pertenunan pada mesin ATM (pembukaan mulut lusi, peluncuran benang pakan, dan pengetekan). Namun, sekeluarnya dari Spinning, kami kembali dibawa ke Gripac. Saya pun inisiatif bertanya, “Pak, kita ndak ke Weaving ya?” Dan jawaban itu benar-benar sebetulnya tidak saya inginkan, “Nggak, langsung ke ruang kelas lagi saja.”
Huft… Kemarin ke Sritex tidak sempat ke Unit Dyeing (unit pencelupan kain), sekarang di Apac tidak sempat ke Unit Weaving. “Spinning lagi, spinning lagi…,” keluh saya agak kecewa dalam hati.