Senin, 29 Agustus 2011

Mi Celor Khas Palembang


Dan akhirnya, kudapatkan juga kamu: hei makanan yang ngangeni… Hehehe..!!
Setahun di perantauan, setahun pula tanpa masakan kampung halaman. Bukan maksud berlebihan a.k.a lebay, sebab nyatanya tidak semua makanan yang ada di tanah kelahiran ada juga di tanah perantauan (itu menurut saya lho..). Curahan hati tersebut ditujukan pada “mi celor” (MC), mi khas Kota Palembang yang tidak pernah saya jumpai keberadaannya di Kota Jogjakarta. Karena kuper atau gimana, yang jelas saya emang belum pernah satu kali pun ketemu MC di Jogja. Kalau pempek atau kerupuk sih, ada lah di beberapa tempat…
Siang itu, MC tiba-tiba nongol di tivi, bersama dengan martabak. Keduanya ada di salah satu liputan kuliner yang tayang di sebuah stasiun televisi swasta. Liputan kuliner yang jadi satu rangkaian dengan program berita. Adalah dia: Seputar Indonesia (Sindo) yang tayang di RCTI. Hmm.., Sindo sukses nih membuat saya kangen MC.. Kalau martabak, karena itu makanan umum yang hampir ada di setiap kota, jadi bagi saya tidak terlalu spesial. Justru MC yang langka itulah yang membuat saya rindu kuliner Bumi Sriwijaya.
Langka?
Oiya donk.. Setiba di Palembang saja, ternyata susah menemukannya. Tapi walau susah akhirnya ketemu juga, beda kalau di Jogja yang meski susah namun tidak ketemu-ketemu, hehe.. MC sudah masuk dalam daftar wajib makan selama saya pulang kampung. Bersusun dengan model, tekwan, laksan, lakso, burgo, celimpungan, dan siomay. Pempek dan kerupuk tidak masuk hitungan, toh kalau nanti sanjo  ke rumah orang-orang pas lebaran juga berjumpa, hoho..
Di antara semuanya, MC jelas yang paling susah mencari penjualnya. Di dekat rumah tidak ada yang jual, setidaknya ada tiga lokasi yang saya kantongi informasinya: Pasar Kuto, Lemabang, dan kawasan 26 Ilir. Beberapa Pasar Ramadhan yang saya datangi tidak ada yang menyediakan MC. Wuidih.., sampai segitunya.. Karena rasanya ngangeni, okelah saya cari ke tempat-tempat tadi. Syukurlah, dapatnya di dekat Pasar Kuto, sebuah gerobak yang letaknya agak tersembunyi, bukan berbentuk warung yang dapat dengan mudah ditemukan. Dari rumah lewat Jalan M. Isa dimana pool Bus Putra Remaja berada, lurus terus sampai melihat masjid besar. Nanti adanya di kiri jalan..
Subhanallah sekali…
Satu porsi harganya lima ribu rupiah, murah kan? Mending MC deh daripada bakso. Di sini jarang lho ada bakso harganya goceng, wkwk.. Lebih kenyang makan MC juga daripada bakso (sekali lagi ini menurut saya, okeh..). Waktu itu mau beli empat bungkus, tapi karena udah tinggal tiga, ya jadinya cuman bisa beli tiga (saking larisnya padahal baru juga jam empat sore), alhamdulillah yang penting dapat.. Buat buka puasa gitu ceritanya..
Anyway, pada tahu nggak bentuk fisik mi celor itu kayak apa? Jangan-jangan sini cuap-cuap tapi situ ngiler-ngiler karena masih sibuk memvisualkannya dalam imaji, hihi.. Oke-oke, silakan gugling aja ya buat tahu resep lengkapnya.. Intinya, MC itu adalah mi dicampur kecambah (taoge) yang disiram dengan kaldu udang, santan, dan telur kocok sebagai kuahnya. Tentu ada peran rempah-rempah dalam bumbunya, ini kan Indonesia, apa coba masakan yang nggak pakai rempah-rempah.. MC juga pakai telur rebus, jeruk nipis, dan bawang goreng. Hmm.., sedapnyeee.. Mane pas tulis ni masih puase, cem mane pecah puase kite, haha.. Oiya buat Sindo, makasih ya udah memberi saya rasa kangen yang nikmat..
Masih penasaran? Ayo, kunjungi saja Kota Palembang ketika Sea Games nanti.. Mau lihat wisma atlet yang dikorupsi itu juga boleh.. (malah promosi dan nggak nyambung!)

2 komentar: