Selasa, 19 April 2011

Arti Kehilangan


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِين.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)

Gimana sih rasanya kehilangan orang yang paling dicintai?
Sedih. Itu pasti. Sedih karena dia adalah orang yang paling dekat dengan kita. Sedih karena dia adalah orang yang selalu memberikan kita dorongan baik suka maupun duka. Sedih karena bayangan-bayangan dirinya terlalu sulit dilupakan. Sedih karena memori-memori dirinya selalu terkenang.
Di samping itu, mungkin ada yang menyesal atau kecewa. Sebab kita merasa belum mampu membuatnya bahagia. Sebab ada keinginannya yang belum bisa kita wujudkan. Sebab kita juga belum sempat meminta maaf kepadanya ataupun memohonkan maaf darinya untuk semua kesalahan kita.
Ada pula rasa bahagia. Bahagia karena dia sudah berada di sisi Tuhan untuk selama-lamanya. Tempat terindah baginya yang pergi dalam keadaan husnul khaatimah.
Setiap kita pasti punya sosok yang paling berharga dalam hidup. Setiap kita memiliki orang yang paling dicintai dalam hidup. Entah itu orangtua, pasangan hidup, anak-anak yang lucu, hingga sahabat karib. Bagaimana seandainya Tuhan memanggil mereka secara tiba-tiba.. Sanggupkah kita? Siapkah kita untuk keadaan itu….
Aku bisa merasakan duka beliau. Duka kehilangan orang yang paling beliau cintai. Tidak ada lagi sambutan senyum di pagi hari. Tidak ada lagi telepon di siang hari yang sekadar bertanya apakah sudah makan siang atau belum. Tidak ada lagi perbincangan hangat di tempat tidur ketika malam tiba. Sekian puluh tahun hidup bersama dalam tawa dan tangis, kini harus dipisahkan oleh takdir. Takdir bernama kematian.
Kematian yang mengubah raut berseri-seri penuh semangat menjadi redup sesaat diselimuti murung.
Orang mungkin bisa berkata, “Kamu harus kuat,” atau “Semua ini bisa kau lewati,” atau “Cari saja penggantinya yang baru.” Ah.., orang-orang itu tentu bermaksud baik, hanya caranya yang terkadang membuat jengah. Tahu apa mereka soal kehilangan? Apa kita tidak boleh bersedih sebentar, mengenang setiap detik indah yang dulu dilalui bersama.. Sebentar saja, hanya sebentar.. Toh mereka juga akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi pada diri mereka, jika orang yang paling mereka cintai menghadap Tuhan setelah sekian waktu berjuang melawan penyakit….
Pak Habibie saja menitikkan airmata saat almh. Ibu Ainun dimakamkan, namun beberapa hari lalu aku saksikan di televisi, beliau sudah bisa tertawa lagi bersama para cucunya. Aku yakin Bapak seperti Pak Habibie. Bapak sangat mencintai istri sama seperti Pak Habibie mencintai Ibu Ainun. Betapa dalam raca cinta itu dalam buku “Habibie dan Ainun”. Aku bisa ikut merasakannya, merasakan cinta yang hanya dapat dipisahkan oleh sesuatu yang disebut kematian. Dan cinta itulah yang seiring waktu akan mengembalikan kekuatan. Aku yakin cepat atau lambat, Bapak akan kembali menjadi sosok yang visioner seperti sedia kala..
Tentu berat sekali kehilangan orang yang paling kita cintai. Tapi kita juga tidak boleh terus larut dalam kesedihan. Meskipun sedih adalah hak setiap orang yang sangat manusiawi, dunia terus berputar. Waktu terus berlari. Kita harus yakin bahwa semua yang terjadi adalah apa yang terbaik bagi kita menurut kacamata Tuhan.
Hari ini, aku belajar dari seorang dosenku. Bahwa kehilangan orang yang paling dicintai adalah hal yang tidak mudah. Bahwa itu adalah cobaan yang harus dilalui dengan penuh kesabaran. Bahwa kehilangan jiwa tentu tidak berarti kehilangan cinta..

10 komentar:

  1. kata orang, kita nggak akan pernah tahu seberapa berharganya sesuatu itu sampai merasakan kehilangan. sedih itu jelas, tetapi yang penting kan bagaimana sesudahnya.
    apakah akan terus tenggelam dalam kesedihan?
    atau bangkit dan membuktikan bahwa kita tetap tegar?

    BalasHapus
  2. Aku pernah bersedih berkepanjangan...saat th 2003 dimana ibu aku meninggal dan beberapa bulan kemudian ayah aku meninggal dunia dan ditambah lagi hubungan aku dengan pacar yang semangkin banyak masalah....
    Tapi sedih berkepanjangan tidak bisa mengembalikan ibu dan ayahku karna aku harus bangkit untuk tetap menjalankan apa yang sudah diamanahkan....hingga akhirnya aku tegar dan ke2 adikku bisa selesai dengan sekolahnya dan aku menikah.
    Dan sekarang aku dapat merasakan betapa mandirinya aku sekarang

    BalasHapus
  3. Wah inspiratif sekali, memang kita tidak harus berkepanjangan & terlalu larut dalam kesedihan, semoga bermanfaat...:)

    BalasHapus
  4. aku pernah baca suatu ungkapan di slh satu blog favorit aku,, "Kalau kita percaya bahwa tak ada yang abadi, lalu kenapa kita harus takut akan kehilangan?"
    Agak egois, nyatanya kehilangan sesuatu/seseorg yg dicintai itu emg bener2 hal yg tersesak

    BalasHapus
  5. Pastinya berat banget mas, kehilangan orang yang kita sayangi. Mungkin kalo gak inget dosa, si orang yang kehilangan itu bakal bunuh diri kali >.<

    BalasHapus
  6. @Gaphe:
    Yup, yang penting adalah bagaimana sesudahnya dan saya yakin Pak Dosen kuat dan tegar..

    @Ibu Dini:
    Tentu berat sekali ya, Bu..
    Nggak kebayang apa saya bisa sekuat itu, jangankan kehilangan orang, kehilangan cita-cita saja sudah hampir membuat semangat hidup saya hilang..

    BalasHapus
  7. @Arief:
    Amin, semoga Pak Dosen juga tidak terus larut dalam kesedihannya..

    @Ice-Tea:
    Iya juga, kenapa kita harus takut kehilangan..
    Jangan takut, jangan sedih, aku pasti setia.. (lho, kok malah lagunya Vierra, wkwkwk)

    BalasHapus
  8. @Iam:
    I'm sure my lecturer won't do that.. :-)

    BalasHapus
  9. saya sudah merasa kehilangan...
    intinya saya tidak bisa berkata2 deh..
    sesuatu jd berharga ketika dia pergi..
    btw salam kenal yah

    BalasHapus
  10. @Putri:
    Sehingga kita jadi lebih bersyukur terhadap apa yang masih kita punya..
    Salam kenal juga..

    BalasHapus