“Ibarat onderdil motor, suatu
saat pasti bakal diganti.”
* * *
Sore itu berjalan seperti biasa, tidak ada yang berbeda. Terik mentari
perlahan telah menjelma semburat senja. Sesekali angin sepoi berhembus membelai
dahan pepohonan. Langit pun cerah tanpa awan mendung. Dan jari-jemari saya
dengan lincahnya terus saja menari di atas tuts-tuts alfabet si komputer jinjing.
Hingga malapetaka itu datang: mati listrik! Lampu kamar yang sebelumnya
terang tiba-tiba mati. Cahaya kejinggaan yang menerangi ruangan tiga kali tiga
meter tadi seketika berubah hitam. Layar laptop yang semula terang ikut menjadi
gelap. Celaka, saya melepas baterai dan menghidupkan si komputer jinjing dengan
charger-nya saja.
Tidak sampai tiga menit, listrik kembali hidup. Namun, tidak dengan “si
hitam”. Tiga menit yang baru berlalu adalah sebenar-benarnya malapetaka. Si hitam
seolah ngambek dan tidak mau masuk ke tampilan Windows. Ketika saya menyalakannya, hanya layar gelap bertuliskan “Starting
Windows” yang muncul, menit demi menit.
Saya berinisiatif memasang baterainya, tapi tetap sama. Si hitam
benar-benar merajuk. Sepuluh menit. Dua puluh, tiga puluh. Dan pada menit yang keempat
puluh, saya habis kesabaran. Tiga kali saya on-off-kan,
yang ada hanya dua opsi: Launch (recommended) dan Starting Normally.
Opsi pertama hanya layar hitam dengan tulisan “Windows is loading file”. Sedangkan
opsi kedua adalah layar hitam dengan tulisan “Starting Windows”. Oke, mungkin
selepas sembahyang maghrib, akan ada kekuatan magis yang dapat menjadikannya
normal lagi. Tapi, tetap sama saja. Si hitam tetap tidak mau masuk.
Akhirnya, saya bawa ia ke tempat langganan saya. Di sebuah jalan kecil dengan
gapura dari Jalan C. Simanjuntak, dekat El’s Komputer. Beberapa bulan lalu, si
hitam dioperasi di sana. Si hitam didiagnosa mengalami kerusakan hard disk akibat benturan dan hanya
tindakan transplantasi yang mampu menyelamatkannya.
Kini, entah apa lagi hasil diagnosa mas-mas berjenggot itu. Saya pasrah,
mengingat dulu dia sempat mengingatkan juga bahwa baterai si hitam suatu saat
juga harus menerima transplantasi. Usia si hitam memang sudah tidak muda lagi. Begitu
saya melangkah masuk, mas-mas itu langsung tahu kondisi terakhir si hitam.
Setelah saya kisahkan kronologi kejadian sore itu, si hitam dicoba
untuk dinyalakan lagi oleh masnya. Dan, malapetaka berubah menjadi keajaiban. Kok bisa masuk ini? Saya heran, melongo
sejadi-jadinya, mengingat kepanikan saya berpuluh-puluh menit sebelum membawa
si hitam kemari.
Tidak berhenti di situ, saya mulai bertanya ini itu. Hasil diagnosa selanjutnya
adalah si hitam “kaget” karena perubahan tegangan lantaran saya tidak memasang
baterainya saat listrik mati tadi. Masnya bilang saya beruntung karena
dalam beberapa kasus, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan motherboard dengan biaya operasi yang "wah". Oh My God…
Saya pun bertanya lagi soal baterai si hitam yang semakin melemah. Apa jawabnya?
“Kalau dari pabrik, garansi setahun. Biasanya, dua tahun minta diganti. Kalau sudah
lebih dari dua tahun, berarti baterainya termasuk hebat. Perangkat-perangkat
ini ibarat onderdil motor-lah, suatu saat pasti bakal diganti.”
Ibarat onderdil motor… Pikiran saya melayang ke si kuda
biru. Onderdil-onderdilnya beberapa sudah ada yang diganti. Pikiran saya juga
mendarat ke tubuh sendiri. Onderdil-onderdil di sini (mungkin) suatu saat juga
perlu diganti. Jantung. Paru-paru. Ginjal. Liver. Bola mata. Gendang telinga. Adakah toko yang menjual organ tubuh
manusia?
Kecuali, kita hidup di masa yang ada seperti dalam film “The Island”.
Kita tidak tahu apa yang bakal terjadi esok hari. Kita tidak tahu benturan
atau perubahan tegangan seperti apa yang akan terjadi pada tubuh kita. Namun satu
hal yang pasti, menjaga lebih baik daripada mengobati. Onderdil-onderdil dalam
tubuh kita ini harus dijaga sebaik-baiknya agar dapat berfungsi lama. Dijaga supaya
durabilitasnya tinggi alias tahan lama.
Bersyukurlah menjadi “setubuh” manusia yang sehat.
serem ah kalo beneran ada kayak the island..
BalasHapus