Sabtu, 01 Desember 2012

Simulasi IELTS


Beberapa hari lalu, saya mengikuti IELTS Simulation Test di sebuah institusi. Kalau yang belum tahu apa itu IELTS, IELTS adalah singkatan dari International English Language Testing System. IELTS hampir mirip dengan TOEFL, sama-sama tes yang menguji kemampuan Bahasa Inggris. Kalau yang belum tahu apa itu TOEFL, TOEFL adalah singkatan dari Test of English as Foreign Language. Hal yang membuat keduanya berbeda adalah tingkat kesulitan dan ragam bentuk soal yang harus dikerjakan.

TOEFL (yang pernah saya ikuti) terdiri dari 3 bagian: Listening, Structure, and Reading. Adapun penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut:
Listening = Ada rekaman yang berupa percakapan beberapa orang atau dialog yang berlangsung di suatu tempat, kemudian ada soal berdasarkan rekaman itu, berupa pilihan ganda dan isian.
Structure = Ada kalimat yang harus dianalisis sesuai dengan grammar, kita diminta untuk menentukan kata yang salah menurut aturan tata bahasa.
Reading = Ada bacaan dengan topik bahasan tertentu, lalu ada soal terkait bacaan itu, berupa pilihan ganda.

Sementara itu, IELTS (yang kemarin saya ikuti) terdiri dari 4 bagian: Listening, Reading, Writing, and Speaking. Berikut paparannya masing-masing:
Listening = Pada sesi ini, rekaman yang diperdengarkan tidak sebatas dialog atau percakapan, tetapi bisa juga wawancara, penjelasan ahli, dsb. Saya mendapat rekaman wawancara responden penonton televisi, penjelasan produk perusahaan oleh seorang sales, penjelasan dosen ke mahasiswanya tentang rencana penelitian, dan penjelasan ahli tentang air resapan di Australia. Soalnya pun tidak sebatas isian dan pilihan ganda; ada pilihan ganda yang jawabannya lebih dari satu, ada soal mencocokkan benar atau salah, dan ada soal mencocokkan pernyataan dan penjelasannya. Berbeda sekali dengan model soal TOEFL, apalagi beda jauh dengan model soal UAN.
Reading = Pada sesi ini, bacaan yang disajikan bukan sebatas bahasan ringan. Saya mendapat tiga bacaan, yaitu tentang perawatan kucing Afrika di sebuah taman konservasi, hasil riset tentang insomnia di Eropa, dan opini para ahli tentang sistem pertanian di sebuah tempat bernama Oregon, AS. Soalnya, lagi-lagi tidak sebatas pilihan ganda. Ada soal mencocokkan benar, salah, atau informasi tidak diberikan bacaan. Ada soal mencocokkan pernyataan dengan satu, dua, atau kedua objek yang diceritakan bacaan. Ada soal mencocokkan pernyataan ini kata siapa dan pernyataan itu kata siapa. Ada soal melengkapi bacaan rumpang yang didasarkan pada bacaan sebelumnya. Dan semua itu benar-benar membutuhkan ketelitian ekstra karena banyak kalimat yang bisa multitafsir.
Writing­ = Pada sesi ini, terdapat dua tes menulis. Pertama, menulis tentang sebuah gambar, bisa berupa diagram atau grafik yang merupakan persentasi suatu penelitian. Kedua, menulis tentang sebuah opini, tergantung pokok bahasan yang diminta. Tulisan pertama berkisar 150 kata dan tulisan kedua berkisar 250 kata. Saya mendapat diagram batang tentang persentase literasi pada pria dan wanita yang dibagi menurut benua, lalu mendapat opini tentang penghapusan kegiatan ekskul dari kurikulum akademik karena tuntutan sekarang menghendaki nilai akademik yang bagus. Menurut saya, sebagus-bagus pemikiran, akan percuma jika kosa kata Bahasa Inggris terbilang minim. Untuk itu, pikir-pikir dulu ingin menulis apa sesuai kemampuan agar tidak macet di tengah menulis.
Speaking = Pada sesi ini, terdapat dua tes bicara. Pertama, bicara tentang data pribadi, seperti nama, alamat, keluarga, pendidikan, kegiatan, hobi, dsb. Kedua, bicara tentang topik yang ditentukan oleh penguji, namun setelah diberi tahu topiknya, ada waktu untuk mempersiapkan apa-apa yang akan dibicarakan. Tentunya, hal ini lagi-lagi berhubungan dengan kemampuan agar tidak macet di tengah bicara. Kemarin, saya mendapat topik mengenai film favorit, tokoh-tokohnya, kenapa menarik, alur cerita atau plotnya, dan pendapat tentang dunia film/televisi di Indonesia.

My Impression
Saya pribadi, jika disuruh memilih tingkat kesulitan IELTS, maka Speaking was the most difficult part. Saya sempat stuck, diam beberapa lama karena tidak tahu mau bicara apa lagi, lola alias loading lama! Dan, si penguji tidak membantu apa-apa, beliau menunggu dan tidak menanggapi apa-apa. Pun jika ada salah bicara, jangan harap dibenarkan. The next difficult part was Listening. Bukan model soalnya yang “menyiksa”, tapi juga aksen atau gaya bicara yang cepat, seperti sungguhan. Kalau pas UAN ada pengantar “what does the man mean” atau “what does the woman mean”, pas IELTS jangan harap ada, tahu-tahu sudah beralih ke rekaman selanjutnya padahal soal belum terjawab. I just enjoyed in Writing and Reading. IELTS kini adalah momok pengganti fisika, menurut saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar