Rabu, 10 April 2013
“Menanam bibit itu pekerjaan besar, tapi membesarkan
bibit itu tidak mudah,” kata Anies Baswedan, Ph.D. selaku pemateri kedua pada
PSL hari itu. PSL kembali diselenggarakan pada pukul 13.00 WIB, bertempat di
Auditorium Kahar Muzakkir, Universitas Islam Indonesia (UII). Dengan
dimoderatori oleh Nandang Sutrisno, SH, LLM, M.Hum., Ph.D. (Wakil Rektor I
UII), Anies membahas topik “Lewat Pendidikan Mari Kita Selamatkan Bangsa”.
Rektor Universitas Paramadina tersebut kemudian menambahkan, “Dan Kita
Menangkan Masa Depan.”
Foto: Dokumentasi Website UII |
Berdasarkan data Global
Growth Generator yang diperoleh dari sejumlah sumber, Anies memaparkan
bahwa pada tahun 2030, Indonesia akan menjadi negara dengan urutan ketujuh yang
menguasai perekonomian dunia. Selanjutnya pada tahun 2050, Indonesia diprediksi
akan berada di urutan keempat setelah China, India, dan United States of America (USA). “Artinya apa? Dunia menengok kita
dengan pandangan yang positif. Indonesia harus bisa diperhitungkan di level
dunia dengan kualitas manusia yang baik,” lanjut Anies. Dengan demikian,
pendidikan tidak hanya menyelamatkan bangsa, tetapi juga memenangkan Indonesia
di tataran dunia. “Tidak hanya domestik internal,” begitu Anies
mengistilahkannya.
Pada tahun 1700-an, bentangan kekuatan ekonomi dunia
berada di antara Maroko dan Maluku. Asia menjadi penguasa ekonomi dunia kala
itu. Hingga akhirnya meletus Revolusi Industri, perekonomian dunia perlahan
dikuasai oleh Eropa, lalu Amerika. Dengan prediksi tahun 2030 dan 2050 tadi,
Anies berpendapat, “Asia is re-imerging.”
Karena sejarah yang berulang, Asia akan kembali menguasai perekonomian dunia. Penggagas
Gerakan Indonesia Mengajar ini lalu mengungkap, “Pertanyaan berikutnya, ‘Asia
yang mana’?”
Jika melihat Asia Barat, ada China, India, Pakistan,
dan Bangladesh. Jika melihat Asia Timur, ada Jepang, Korea Selatan, dan Korea
Utara. Apakah mereka terlihat dapat
menyatu satu sama lain? Tidak juga, bahkan bisa kita lihat sekarang, Korea
Utara dan Korea Selatan terancam perang! Maka, kita beralih ke Asia
Tenggara, ada Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Apakah mereka juga dapat menyatu? Terkadang, sesekali bergesekan kecil…
Dan itulah, kekuatan ekonomi yang tengah dilirik dunia saat ini. “Anda semua
harus bersiap memasuki era itu,” pesan Anies.
Berbicara Indonesia, mengapa dunia memperhitungkan
Indonesia. “Because of big and young, but
uneducated and unprepared,” sahut Anies. Data menunjukkan bahwa dari
165.491 orang yang duduk di SD, hanya 43.888 orang yang meneruskan ke SMP,
hanya 25.332 orang yang meneruskan ke SMA/SMK, dan hanya 3.585 orang yang
meneruskan ke bangku universitas (negeri dan swasta). Atau dengan kata lain,
dari 100%, hanya 2% saja yang sampai ke bangku kuliah! “Anda harus bersyukur
untuk itu,” nasihat Anies.
Negara yang menghargai pendidikan adalah negara yang
menghargai masa depan. Dan salah satu aspek pendidikan yang penting saat ini
adalah integritas, integritas bisa didapat melalui leadership. Indeks Prestasi (IP) yang baik itu penting, namun Anies
mengingatkan bahwa IP hanya kunci untuk membuka pintu, setelah pintu itu
terbuka, akan melaju ke mana tergantung dari karakter yang dibentuk oleh leadership. Persoalan integritas ini
dicontohkan Anies dengan fenomena korupsi di berbagai lini kehidupan bangsa
Indonesia. “Orang yang bisa dirupiahkan berarti tidak punya harga diri. Jangan
harap bisa masuk dunia dengan cacat integritas. Orang yang dipanggil KPK,
fotonya bisa dilihat sampai anak cucu, apa tidak malu,” sambung Ketua Komite
Etik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini.
Kembali ke pendidikan, pendidikan tidak sekadar
untuk kesejahteraan diri dan keluarga saja, tetapi melampaui itu. Masalah pendidikan
saat ini hanya berkonsentrasi di permasalahan guru, seperti kualitas diri yang
rendah, distribusi yang tidak merata, dan gaji yang rendah. “Pendidikan tidak
hanya dijadikan persoalan oleh masyarakat yang secara konstitusional
bertanggung jawab. Berhenti melihat pendidikan sebagai masalah pemerintah,
berhenti mengecam kegelapan, mari nyalakan cahaya,” ajak Anies, “Yang absen
hari ini bukan materi knowledge, tapi
guru yang menginspirasi. Kita kekurangan guru yang mampu thinking outside the box.” Pendidikan adalah sebagai gerakan, bukan
program semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar