Bude yang tahu seluk-beluk kehidupan mbah di Sumobito masih di vila, jadi aku nggak bisa nanya. Hmm, apakah satu di antara jeruk purut itu akan jadi berpindah tangan?
Akhirnya, mbah kakung memilih pulang saja. Aku pun mengikuti mbah dan menyusul bulik dan adik sepupuku yang sudah pulang duluan ke vila. Mbah kung sepertinya sudah tidak berpikiran jeruk purut itu lagi. Nah, pas sudah mau naik ke vila, di gerbang depan, bude malah baru mau mulai jalan-jalan. Rombongannya banyak, ada tiga anak perempuan bude, pakde, anak perempuan bulik (kakaknya adik sepupuku tadi), dan juga paklik yang dari Bandung sama anak perempuannya. Dan, aku serta mbah memilih tidak jadi pulang, memilih ikut jalan-jalan tapi lewat jalur yang lain. Sedangkan, bulik dan adik sepupuku tadi tetap memilih pulang ke vila.
Jalur yang pagi tadi ke kiri vila, sekarang kami semua berjalan ke kanan vila. Tempat pertama yang kami lihat adalah pemandian air panas. Sebuah tempat dimana orang mandi dengan guyuran air panas. (ya iyalah, masa iya itu tempat orang jualan air panas?!) Lalu disusul kolam renang dan pasar wisata. Di kolam renang nggak tahu kenapa banyak orang foto-foto di depan pintu masuk daripada yang berenang. Dan ada seorang pemuda yang aku dapati tengah membentuk huruf V dengan jarinya lalu meletakkannya di bibirnya yang manyun.., jepret! Astaga, apakah dia seorang alay? Ckckck, ternyata cowok juga bisa ya kayak gitu, kupikir cewek doank, wkwk.. Pasar wisata menawarkan banyak barang beraneka rupa. Mulai dari makanan, minuman, sampai souvenir seperti kaos, celana, gantungan, dan perhiasan unik. Kemudian, kami kembali lagi ke tempat itu: pasar bunga.
Nah, di sinilah aku bisa melapor ke bude kalau dari tadi mbah itu ribuuut soal jeruk purut. Kata mbak sepupuku, “Lha iya Dik, jeruk purut di rumah itu sudah nggak ada lagi, sudah di…” (aduh aku lupa diapain, pokoknya kebun tanaman di rumah mbah itu sudah disemen, jadi mungkin waktu itu ada beberapa yang nggak sengaja ikut terbuang) Dan jadilah jeruk purut itu dimasukkan ke kantong kresek hitam oleh penjualnya, bersama-sama dengan jeruk sambal, hehehe..
Setelah memborong dua jenis tanaman, kami pulang ke vila. Di perjalanan pulang, adik sepupuku minta dipetikkan Bunga Kecubung. Hiaks!! Karena aku yang paling jangkung, jadi akulah yang mereka tugaskan mengambil bunga itu. Hmm.. Sesampai di vila, kami berenam foto bersama dulu sama mbah kung di dekat aula vila. Bermandikan sinar matahari pagi. Jepret-cklik-jepret-cklik! Semua tersenyum, ada juga yang sambil memamerkan gigi. Bukan mbah kung itu, soalnya giginya udah… (you know-lah kakek-kakek gimana kan, hihi) Tapi mbah kung kayaknya seneng tuh foto bareng sama cucu-cucunya. But, sori ya, kita-kita bukan 4L4Y, nggak ada tuh pose bibir manyun atau close up muka dari atas, idih: n9G@x bAn93+zz!! >>lho???
Well, kita semua terus balik ke rumah nomor 8. Utak-atik-utak-atik, eh.., dapet deh SCTV. RCTI-nya hilang. Acaranya lagi “Inbox”. Jadi, pagi itu rutinitas rumah nomor 8 ditemani musik-musik dari tivi. Semua lalu beres-beres, mandi pagi dan menjemur pakaian. Ketika aku sudah mandi, aku melihat-lihat pepohonan pinus yang ada di belakang rumah.
Tiba-tiba, “Bud, itu tupai lho, Bud. Itu lho, di atas uakeh,” seru paklik. Wah, emang banyak betul.. Kecil-kecil (ya iyalah, kalo besar mah namanya dinosaurus!) lompat-lompatan di dahan dan ranting pohon-pohon pinus.
“Panganane kae opo yo?” tanya pakde.
“Buah-buah pinus kali, Pakde,” jawabku.
Serasa kayak nonton “Wild Animal” atau “National Gegraphic”. Sangat alami. Tupai-tupai imut bermain dan saling berkejaran di dahan-dahan pohon pinus, bermandikan kilau cahaya syams ad-dhuha. Sayangnya, kamera hp-ku lagi-lagi nggak begitu bagus fokusnya. Jadi, nggak bisa mengabadikan momen yang sangat natural seperti itu. Huhu.., pengen ganti hp..
Tiba-tiba lagi, anak-anak bulik ketawa. Sama mbak sepupuku juga. Rupanya, ada orang gila di SCTV. Namanya, Udin. Dia nyanyi-nyanyi gitulah tentang nama-nama Udin, ada Sarapudin, Alimudin, Aminudin, Sapiudin, haha.., edan tapi kreatif! Coba aja cari di youtube, siapa tau ada videonya. Jadi, pagi itu SCTV membuat suasana ceria di rumah nomor 8 lewat seseorang yang bernama Udin, wkwkwk..
Acara pagi itu, adalah lanjutan perkenalan dan bincang-bincang kelompok. Dari aula, terdengar suara Pakde Fuad memanggil-manggil seluruh keluarga Bani Lathief. Sekitar pukul setengah sepuluh, setelah sarapan pagi dengan menu pecel, acara pun dimulai. Bani-bani yang sore hari kemarin belum sempat memperkenalkan anggota keluarganya, pagi itu maju ke depan perwakilannya untuk berkenalan. Salah satunya adalah Bani Muhammad, bani dimana Pakde Nun berasal. Tapi, sampai pagi itu juga, Pakde Nun, Bude Via, Mas Sabrang, dan Mbak Ucie belum datang juga.
Selepas itu kira-kira jam sepuluh, bincang-bincang kelompok menjadi agenda selanjutnya. Seluruh keluarga dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok pertama dengan warna name tag hijau adalah kelompok anak-anak, terdiri dari balita, anak TK, dan anak SD. Kelompok kedua dengan warna kuning diperuntukkan anak-anak SMP dan SMA, istilahnya yaitu kelompok remaja. Ketiga, dengan warna biru adalah kelompok keluarga muda, di sini terdapat para mahasiswa/i, sarjana, master, dan juga keluarga-keluarga yang baru menikah atau usia pernikahannya masih muda, termasuk yang anaknya masih kecil-kecil masuk kelompok ini. Jadi, kelompok keluarga muda memiliki komposisi terbesar dalam Bani Lathief. Kelompok terakhir dengan warna merah tentunya diisi oleh orang-orang tua, mereka para sesepuh yang dikelompokkan dalam kelompok sesepuh.
And.., tara..!! (lebaynya) Sebuah Avanza hitam (atau Xenia, halah-halah, penting nggak sih?!) memasuki area vila dan berhenti di halaman aula. Setelah mesinnya mati, keempat pintu menjeblak terbuka. Beberapa orang kemudian keluar. Ternyata, dia yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga..
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar