Selasa, 17 Mei 2011

Pertemuan di Jakarta (Bagian 3)


Sampai pas turun ke bawah, kelupaan dibawa deh. Gubrak!
Hmm.., apa yah kira-kira isinya? Whatever that, saya ingin besok menjadi hari yang sempurna, sebab lusa saya sudah kembali ke Jogja..

*  *  *
Selepas shalat shubuh, para penghuni Rumah BSD segera bersiap-siap menyambut hari H. Saya perhatikan manual acara (rundown) pernikahan Mas Andri dan Mbak Dian. Pagi hari diisi dengan pengajian keluarga, lalu siangnya dilanjut dengan akad nikah, dan malam harinya disambung dengan resepsi.
Para ibu, ibu saya dan Bude Uning, sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Para bapak dan anak-anak muda mengatur ruangan, menggeser sofa dan lemari, mengangkat meja, menggelar hambal, dan menyetel sound system dan lcd.
Menjelang pukul 9, para tamu mulai berdatangan. Sebagian keluarga yang tinggal di Bintaro datang ke BSD. Kami berbincang-bincang seperlunya. Beberapa saat kemudian, pengajian pun dimulai untuk menghemat waktu, sebab hari itu adalah hari Jum’at. Pakde Ar memulai acara dengan bercerita tentang buku autobiografinya. Pakde juga berbicara tentang alur kehidupan manusia, dimana pernikahan merupakan salah satu sunnah rasul. Kemudian, bapak saya menyambung dengan ceramah. Kata pakde, sebenarnya bapak lah yang ditugasi untuk mengisi kajian keluarga itu.
Bapak bercerita kalau pertemuan keluarga itu biasanya dalam tiga peristiwa, yaitu kelahiran bayi, pernikahan, dan jika ada yang meninggal. Istilah Jawa-nya: manak, manten, mangkat, alias 3M. Bapak lalu berpetuah kalau sudah menikah artinya harus bisa saling menghargai, sebab setelah menikah biasanya sifat-sifat yang kurang berkenan dari pasangan kita akan muncul dan kita harus menghargai itu, bukan mempermasalahkannya, bahkan sampai cerai. Sebisa mungkin, “itu” dihindari.
Di tengah-tengah acara, ponsel saya tiba-tiba bergetar. Saya lirik layarnya, lho.., ini kan anak Himmah.. Saya diamkan saja karena saat itu saya ada di tengah ruangan. Nggak sopan kali ya tau-tau izin keluar hanya untuk mengangkat telepon, toh saya bukan bos ini.. Sesaat kemudian, sms itu masuk.
“Kamu di mana, Bud? Dicari Mas Pam-pam nih.”
Hohoho.., udah saya bilang saya lagi nggak di Jogja kok ya.. Saya balas seperlunya, saya bilang besok Sabtu siang saya baru balik ke Jogja. Tapi, kepikiran juga sih, sedang apa ya anak-anak di Kaliurang sana? Lagi pada kemping ceria atau “kemping cemberut” ya, hehe.. Tau lah ya maksudnya tanda petik.. Merujuk pada sen***itas.. Sudahlah, lupakan..!!
Setelah pengajian selesai, agenda berikutnya adalah pesan-pesan keluarga. Bulik Anik memberikan salah satu peninggalan alm. Paklik Sujud, suaminya bulik, yaitu sebuah surat dari alm. Mbah Suwardi. Surat tersebut berisikan nasihat untuk paklik semasa paklik dulu sakit kanker paru-paru. Bahwa suatu saat ketika maut menjemput hadapilah dengan ikhlas.. Dan kala itu, nyatanya paklik harus pergi lebih dulu daripada simbah.. Ah, waktu itu saya masih SD, ra ngerti opo-opo..
Makan siang adalah penutup pengajian, makan siang sebelum para lelaki menunaikan shalat Jum’at. Oh iya, selama acara berlangsung tadi, tak lupa adik saya memainkan tustelnya, jepret-jepret.. Tapi berhubung saya bukan orang yang suka fotografi, tidak ada foto yang saya tampilkan melalui tulisan ini, ehehehe.. Makan siang itu menunya nasi minyak – nasi putih, gurame asam manis, salad, mie goreng, hmm.., Makan siang itu menunya nasi minyak – nasi putih, gurame asam manis, salad, mie goreng, hmm.., nyummy!! Minumnya ada air putih, sirup, dan minuman bersoda.. Buahnya? Ada melon, semangka, sama papaya.. Eits, tak lupa hidangan penutup, puding dengan mayonnaise-nya.. Hayoo, siapa yang ngiler, wkwkwk.. Maklum, ini Jakarta! Jakarta, Bud! Jangan heran ya sama konsumsi semacam itu, hihihi..
Saya yang biasanya di Jogja jarang makan sama-sama di meja makan, bisa makan bareng sama orangtua dan adik-adik.. Subhaanallah..
Hari beranjak siang dan kami sudah melaksanakan shalat Jum’at dan shalat Zhuhur. Kami semua segera bersiap-siap menuju gedung untuk acara akad nikah. Gedung yang dimaksud terletak di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan. Sebagai mempelai pria, bingkisan-bingkisan untuk mempelai wanita tak lupa dibawa. Kotak-kotak yang dihiasi pernak-pernik itu antara lain berisi alat kecantikan (kosmetik), alat mandi, kerajinan tangan, kue basah, dan buah.
“Besok gitu juga ya, Bud,” celoteh salah seorang pakde.
“Haha, masih lama, Pakde.. Nunggu Australia dulu,” balas saya.
Bermobil-mobil, kami berangkat dari Rumah BSD menuju Ragunan. Hujan mengiringi perjalanan kami melewati jalan tol. Dari kaca mobil, tampak gedung-gedung pencakar langit Kota Jakarta, entah itu mall, apartemen, perkantoran, bank, apa aja boleh.. Semua itu sedang diguyur oleh hujan. Sekitar dua puluh menit kemudian, kami sampai di sana.. Sebuah gedung yang terletak di kompleks Kementerian Pertanian Republik Indonesia..
Saya tidak ada pikiran apa-apa saat itu, padahal malam harinya saya dan adik bungsu saya akan berjalan sekian kilometer di tengah semburan asap knalpot, alias nyasar..!!
(bersambung)

---Posting tanggal 11 Mei 2011---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar