Minggu, 22 Mei 2011

Tragedi Zat Warna Reaktif


Rabu pagi yang cerah. Hari pertama saya ke kampus sepulang dari Malang. Kata mereka berenam anak-anak tekstil (yang satu nggak masuk), hari itu jam kedua yang biasa diajar oleh Pak Dekan kosong. Dialihkan ke Laboratorium Kimia Proses untuk sesi Pengenalan Tekstil Angkatan 2010. Dan kami bertujuh pun melangkah ke Gedung FIAI Lantai 3 Sayap Barat.
Ada tiga percobaan yang akan dilakukan untuk mengenalkan tekstil kepada sekitar 50-an mahasiswa semester dua. Mahasiswa yang semester berikutnya akan dipecah ke dalam 2 jenis konsentrasi. Konsentrasi Teknik Kimia dan Konsentrasi Teknik Tekstil. Ah.., saya berharap suatu saat tekstil akan kembali menjadi jurusan, bukan lagi konsentrasi yang bernaung di ketiak Jurusan Teknik Kimia. Saya ingin suatu ketika nanti, tekstil menjadi satu jurusan yang berdiri sendiri. Oh iya, percobaan-percobaan tadi antara lain:
1)      Pencapan Kain Kapas dengan Zat Warna Pigmen
2)     Pembuatan Batik Tulis Menggunakan Zat Warna Reaktif Dingin
3)     Pembuatan Batik Cap Menggunakan Zat Warna Reaktif Dingin
Masing-masing percobaan dilakukan di dua meja praktikum. Kami bertujuh dibagi ke dalam meja-meja tersebut. Saya dengan seorang teman saya kedapatan Percobaan 3. Percobaan tersebut pada intinya adalah mengecap motif dengan alat cap yang telah dilumuri malam pada kain. Lalu setelah motif yang tercetak di kain mengering, kain dicelup ke dalam baskom berisi campuran zat warna reaktif dan beberapa zat kimia lain. Kemudian, kain dicelup ke dalam panci berisi larutan sabun panas untuk melepas (melorod) malam dari kain. Jadilah, kain berwarna dengan motif batik cap. Bukan batik tulis. Anyway, tahu kan bedanya batik cap dan batik tulis? Well, batik cap itu pakai alat cap, sedangkan batik tulis pakai alat canting tulis.
Zat warna reaktif-nya ditambah kata “dingin”, karena tidak menggunakan pemanasan suhu. Jadi, ada yang dikenal zat warna reaktif dingin dan zat warna reaktif panas. Di sini, kami menggunakan zat warna reaktif dingin.
Zat warna reaktif dingin yang digunakan dalam percobaan warnanya ungu. Warna janda. Saya kebagian tugas membuat larutan zat warna reaktif dalam baskom serta memandu anak-anak dalam pencelupannya. Sementara teman saya yang satu tadi memandu anak-anak dalam mengecap kain menggunakan alat cap. Untuk tahap lorod, nanti kita berdua bareng-bareng.
Setelah anak-anak selesai, tibalah waktunya untuk pencelupan. Mekanismenya, selama kain dicelup, nanti ditambahkan Na2CO3 (natrium karbonat) sebagai soda abu yang berperan menahan zat warna di dalam kain supaya tidak lepas terbawa sabun serta ditambah pula NaCl (natrium klorida) sebagai elektrolit yang berperan dalam penyerapan dan pengikatan warna (fiksasi warna). Sekitar 10 menit sesudah kain masuk ke dalam baskom, saya perintahkan mereka untuk menambahkan NaCl. Proses pun kembali berlanjut selama 10 menit yang sesudah itu kembali saya instruksikan untuk memasukkan Na2CO3. Terakhir, menunggu proses selama kira-kira 20 menit (aturannya 40 – 60 menit, tapi kelamaan ntar..).
Sampailah kepada tahap lorod malam.
Kain yang sudah dicelup zat warna reaktif dicelup lagi ke dalam larutan sabun panas. Tujuannya adalah menghilangkan malam sehingga tampak motif-motif batik pada kain yang sudah berwarna. Lalu, kenapa tiba-tiba ada yang berteriak.
“Mas, kok kainnya malah jadi putih lagi sih..?!”
Hah?!
Kamu yakin..?
Serius??
Sumpe loe…???
Eh, teman saya yang satu tadi malah KETAWA NGAKAK: Hahahahaha…!!!
“Hush, kamu tuh malah ketawa, bukannya mikir,” tegur saya dalam kondisi panik.
Dan yang lain mulai ikut-ikutan protes, “Iya nih, Mas, mana susah banget tadi bikinnya..”
“Wah, masa ngulang lagi?!”
“Gilaa.., jarang-jarang kan, Mas, dapat karya seni bagus dari seniman kayak saya..” <<< Maksud loh..??!
Sang Laboran kemudian datang dan menengahi. Mbak-nya menginvestigasi kami berdua dengan beberapa pertanyaan interogatif. Dari mulai tadi dicampur apa, berapa lama, jenis zat warnanya (ungu maksudnya), berapa kain yang dicelup, dan tetek bengek lainnya.. Hasilnya? Mbak-nya memutuskan untuk kali ini coba dengan yang warna biru saja.
“Inget lho, yang warnanya BIRU, jangan yang UNGU.”
Kami pun mulai lagi dari awal. Dugaan saya, waktu pencelupannya tadi kurang lama. Zat warna ungunya bagus kok, kan dari kemarin pas praktikum pakainya yang itu. Pada saat pencelupan yang kedua inilah, kecerobohan itu terdeteksi.
“Lho, emang tadi kamu kayak gini juga, Bud?”
“Kayak gini gimana?”
“Karbonat dulu baru en-a-ce-el?”
“Iya, Mbak.”
Hening.
“Lho, kebalik to ya.. Mestinya en-a-ce-el dulu, baru karbonat. Lha, kok bisa kebalik to..”
Atap laboratorium seketika runtuh, BRUK!! Peralatan-peralatan yang ada mendadak pecah, PRANG!! Kompor ikut-ikutan mengeluarkan api, WUSH!! Semua lenyap.. Tentunya hanya dalam imaji, sungguh malunya….
Dari meja lain, seorang teman saya yang lain nyeletuk, “Haha, inilah kerjaan Budi si nilai sempurna..”
Calon insinyur yang gagal. Mencelup dengan zat warna reaktif saja gagal, padahal zat warna jenis ini yang umum dipakai dalam industri tekstil. Kok bisa ya.. Saya nggak percaya. Begitu sampai kamar, saya periksa lagi modul praktikum. Ternyata memang benar, seharusnya NaCl dimasukkan lebih dulu, baru kemudian Na2CO3. Wkwkwk, bodoh-bodoh.. Dasar dodol!! Bayangkan kalau kejadian ini terjadi di pabrik dimana saya insinyurnya, pasti bakal: “Kamu dipecat! You are fire!” Namun sebelum itu benar-benar terjadi, saya harus bersiap diri dulu, sebab jalan menuju wisuda masih ada dua tahun lagi.
Kan masih ada waktu.. Masih ada dua tahun lagi untuk belajar dari kesalahan, itu hibur saya untuk diri sendiri..

6 komentar:

  1. Pelajaran ini bisa untuk anak saya kelak kalau udah dewasa...
    Untuk catatannya yang bagus ..makasih sekali.

    BalasHapus
  2. seru juga jadi mahasiswa kimia gitu, bahkan dalam melakukan pewarnaan pun ada tekniknya masing-masing.. kirain tadinya beneran meledak, karena saya mau protes bahan itu kan kalo dicampurin nggak meledak.. lah wong bukan bahan peledak. hahaha

    BalasHapus
  3. :D lhaaa piyeeee,,,aaahahahaha,,,lucu kali bud,,,hihihihi,,,masa jadi putih lagi,,,hihihihihihihihi,,,,no comment ah :p

    BalasHapus
  4. @Ibu Dini:
    Hehehe, emang anaknya mau masuk kimia ya, Bu??
    Haduh, malu sekali saya sudah jadi pembimbing yg gagal, hehehe..

    BalasHapus
  5. @Gaphe:
    Seru, bahkan kalau salah juga jadi tambah seru, hohoho..
    Padahal waktu itu saya pucat setengah mati, eh partner saya malah ngakak..

    BalasHapus
  6. @Meyta:
    Iya Met, jadi putih blas, putih seputih-putihnya.. (lebay)
    Anak-anak itu pada protes semua, haha..

    BalasHapus