Tragedi Soal PTK

Tragedi calon insinyur gagal kembali terulang.

You know what? Setelah beberapa waktu lalu terjadi di sesi praktikum pengenalan tekstil kepada adik-adik kelas, sekarang terjadi lagi di mata kuliah Pengantar Teknik Kimia (PTK). Makul semester 2 yang dengan berat hati saya ulang untuk menghilangkan nilai C+. Makul yang terpaksa saya ambil lagi jika ingin mendapat predikat cum laude. Nggak boleh ada nilai C! Dan yang bikin malu, kejadian itu juga berlangsung di depan adik-adik kelas. Sama seperti tragedi yang sebelumnya. Sudah ngulang, salah pula ngerjain soal, huaaa… Kagak nahan malunye…

Sebenarnya, titik permasalahannya hanya satu. Sesuai dengan yang sudah-sudah: karena KURANG TELITI. Haduh.., masalah yang klasik banget. Seperti kembali ke zaman SD. Seperti kembali ke mata pelajaran matematika. Salah hasil gara-gara kurang teliti menghitungnya, huft.. Sampai kapan ya bibit perilaku satu ini tumbuh dalam diri saya, menjadi gulma di tengah pertumbuhan saya menjadi seorang engineer..

Well, tragedi bermula dari pengerjaan soal latihan. Soal latihan di kelas PTK itu memang dikerjakan bersama-sama. Jadi, di layar LCD, terpampang soalnya. Dan di papan tulis, bu dosen menjelaskan tata cara atau alur pengerjaannya. Hari itu, kami mengerjakan soal latihan tentang panas reaksi. Angka-angkanya sungguh “mengasyikkan”, membuat mata terus berputar dan berkunang-kunang. (lebay!) Koma-komaan, pangkat-pangkatan, dan plus-minus-an.

Meskipun dikerjakan bersama-sama, saya lebih suka mengerjakan sendiri. Khususnya kalau sudah sampai tahap menghitung. Ketika saya sudah dapat hasilnya, saya cocokkan dengan hasil yang tertulis di papan tulis. Maksudnya, biar kalau salah selalu membuat saya teringat dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Nah, hari itu, seperti biasa.. Saya menghitung dengan memasukkan angka-angka yang njelimet itu ke dalam kalkulator.

Ting!

Jadi ceritanya, ada rumus ΔH_R = ΔH₁ + ΔH_R^o + ΔH₂. Satu per satu mahasiswa yang ada di kelas diminta maju dan menghitung masing-masing komponen di papan tulis. Saat tiba untuk menghitung ΔH₂, saya diminta maju. Sret-sret-sret, lancar. Bahkan sewaktu mengonversi satuan kJ (kilojoule) ke kal (kalori), saya masih ingat tanpa bertanya, bahwa 1 kal = 4,184 J. Hohoho, syukurlah sisa-sisa kemampuan menghafal Al-Qur’an semasa di ponpes dulu belum hilang.. Alhamdulillah..

Tiba-tiba, bu dosen berujar.

“Dihitung sekalian, Mas, sama ΔH_R-nya.”

Oke, saya lakukan. Karena memang data ΔH₁ dan ΔH_R^o sudah didapat dari perhitungan teman saya sebelumnya. Masing-masing satuannya kal/mol. Hanya ΔH_R^o yang satuannya kJ/mol sehingga harus dikonversi menjadi kal/mol. Nah, di sinilah peristiwa memalukan itu terjadi.

Saya salah memasukkan angkanya. Pertama, salah menuliskan plus-minus. Kedua, salah memasukkan angka. Kesalahan dobel, ckckck.. Dasar calon insinyur bodoh!! Pasti bakal salah bikin ukuran pakaian kalo gini caranya.. Jadi, angka ΔH₂ saya masukkan ke ΔH₁, dan sebaliknya. Kalau salah plus-minus itu terjadi pada saat saya menuliskan hasil ΔH_R^o.

Alhasil, panas reaksi yang seharusnya minus, malah jadi plus. Panas reaksi yang harusnya melepas kalor menjadi menyerap kalor. Saya menyadari itu ketika saya sudah duduk di bangku setelah menjawab soal di depan tadi. Ada yang protes, bilang ke bu dosen-nya kalau jawaban saya ada yang salah. Dan ternyata, setelah saya cek, jawaban itu MEMANG SALAH.. Malunya, sudah maju dengan penuh percaya diri, eh.., setelah duduk jawabannya malah salah!

Malu.

Ampuuunnn…!!!

Untung jendela tidak pecah, kipas angin tidak jatuh, dan langit-langit tidak runtuh. Untung juga semut-semut di dinding tidak menertawakan saya. Plakk!! (sadar, Bud..!!)

Saya langsung membatin.

“Ya wajar lah, di tekstil kan jarang ngitung. Kalo ngitung juga nggak se-njelimet ini angka-angkanya. Huh.., sudah hafal konversi dari joule ke kalori saja sudah bagus. Coba tanya satu-satu tuh anak kimia, pada hafal nggak kalo 1 kal itu 4,184 J..”

Ucapan batin seorang calon insinyur gagal yang sedang menghibur dirinya sendiri lantaran menanggung malu. Halah-halah!! Bagaimanapun juga yang namanya insinyur kan sering menghitung ya? Meskipun ini bukan hitungan orang tekstil, tapi sebagai jurusan yang seatap dengan Teknik Kimia, semestinya saya mengikuti aturannya. Aturan bahwa menghitung adalah hukum wajib orang-orang Teknik Kimia, wkwkwk.. Wajib, lu kire solat ape pake hukum wajib segale..

Oh God, guide me please to not to be a fail engineer, amien…