Minggu, 19 Agustus 2012

Amien Rais: Berbeda dengan Janji Partai Politik


Dua hal yang dihimbau, bersyukur dan mawas diri, sebagai bangsa yang sudah merdeka hampir tujuh dasawarsa lamanya.
* * *

“Saudara-saudaraku, pada hari ini bersama satu satu setengah milyar kaum muslimin di muka bumi, kita merayakan Hari Raya Idul Fitri 1433 Hijriyah,” tutur Prof. Dr. M. Amien Rais, M.A. mengawali khutbah shalat Idul Fitri, 19 Agustus 2012, di Halaman Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP). Umat muslim telah keluar dengan kemenangan karena telah menyelesaikan ibadah puasa selama satu bulan suntuk. Salah satu di antara hikmah berpuasa tersebut adalah agar manusia lebih mampu mengendalikan hawa nafsunya, agar manusia menjadi orang yang bertakwa.
Di dalam Al-Qur’an, dijelaskan tentang orang yang tidak pandai menguasai hawa nafsunya, bahkan dikendalikan hawa nafsunya, ia digambarkan serupa, bahkan lebih daripada binatang ternak. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-A’raaf: 1, bahwa neraka Jahannam akan diisi oleh sebagian jin dan manusia. Mereka punya hati tapi tidak pernah untuk memikirkan kebenaran, mereka punya mata tapi tidak pernah dipakai melihat untuk membedakan yang hak dan yang bathil, dan mereka punya telinga tapi tidak pernah mau mendengarkan mau’izhah hasanah, mereka sesungguhnya seperti binatang ternak, bahkan lebih daripada itu.
Lebih lanjut, bahkan Allah mengibaratkan orang yang diperbudak hawa nafsu ini tidak lebih daripada (maaf) binatang anjing, sebagaimana QS. Al-A’raaf: 176. Kalau ada hamba Allah yang pernah mendapat kebenaran, kemudian ia membelakangi dan menjauhi kebenaran itu, niscaya iblis akan mengikutinya. Sebenarnya Allah bisa mengangkat derajatnya lebih tinggi, tetapi mereka lebih melekatkan diri pada dunia dan memperturutkan hawa nafsunya, karena itu ibaratnya mereka tidak lebih seperti anjing. Apabila anjing dihardik maka ia tetap saja menjulurkan lidahnya, dibiarkan pun ia tetap menjulurkan lidahnya. Perumpamaan tersebut baiknya menjadi catatan agar manusia mau berpikir.
Perlu digarisbawahi, hakikat puasa Ramadhan setiap tahunnya adalah untuk mengendalikan, menundukkan, dan menguasai hawa nafsu. Salah satu ciri khas orang yang bertakwa adalah kemampuannya dalam menaklukkan hawa nafsu. Jika ia tidak mampu mengendalikannya, ia akan jauh dari derajat takwa.
“Saudara-saudaraku sekalian, dua hari yang lalu kita memperingati, merayakan proklamasi kemerdekaan kita yang ke-67 kalinya,” kata Amien Rais membuka topik bahasan lain. Tentu, bangsa Indonesia sudah memperoleh beberapa capaian yang insya Allah ikut menentukan masa depan bangsa Indonesia. Namun ada satu hal yang membuat prihatin, bahwa tampaknya bangsa ini kurang pandai memelihara nikmat yang telah Allah Swt. berikan. Sebagai contoh adalah kehancuran ekologi, bagaimana aktivitas pertambangan telah memusnahkan berbagai macam kestabilan ekologi. Belum lagi wabah korupsi, penegakan hukum, dan keselamatan HAM, yang membuat bangsa ini seolah adalah bangsa yang tidak pandai bersyukur atas nikmat Allah yang telah dikaruniakan. Allah Swt. berfirman dalam QS. Ibraahim: 24-30, bahwa betapa banyak orang yang mengganti nikmat-Nya dengan sikap kufur. Maka ia sudah menjerumuskan diri ke lembah kebinasaan, neraka Jahannam, sejelek-jelek tempat kembali.
Indonesia telah merdeka 67 tahun, tetapi masih mengidap banyak kelemahan dan masalah-masalah berat. Indonesia patut bersyukur sudah merdeka sebagai bangsa, meskipun di sekeliling masih banyak masalah, pertanda bangsa masih kurang pandai bersyukur. Dulu, ada sebuah negara bernama Uni Soviet, negara super power, hancur berkeping-keping, tinggal sejarah masa lalu. Berikutnya, ada Yugoslavia, sebuah negeri Eropa Timur paling makmur, sekarang sudah pecah menjadi Serbia, Kroasia, Bosnia, dan lain-lain. Banyak contoh negara yang bubar karena pemimpin dan rakyatnya tidak menggubris pada kebenaran.
“Karena itulah saudara-saudaraku, saya ingin menyampaikan dua hal saja, di samping kita perlu bersyukur kepada Allah, marilah kita mawas diri setelah merdeka hampir tujuh dasawarsa,” ajak Amien Rais kepada para jama’ah. Kita tidak boleh lepas dari optimisme. Allah berfirman dalam QS. An-Nuur: 55, sebuah janji yang berbeda dengan janji partai politik, berbeda dengan janji manusia, jadi pasti akan ditunaikan, pasti akan dilaksanakan. Yaitu kepada orang yang beriman dan beramal salih, niscaya akan mendapat khilafah, otoritas me-manage bangsa, bahkan kekuasaan, seperti khilafah yang diberikan kepada orang-orang sebelumnya.
Jika beriman dan beramal, Allah akan memberi khilafah dan memantapkan Islam sebagai agama, bahkan mengganti rasa gelisah, susah, dan resah, menjadi keamanan, kesantosaan, dan kemantapan hidup. Salah satu syaratnya, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. “Saudara-saudaraku, sebaiknya kita lebih optimis dan melihat bangsa semakin mantap, apalagi jika iman dan amal salih itu dikerjakan bersama, baik level pimpinan maupun rakyat. Mudah-mudahan, negara kita semakin berjaya. Dan kita semua, diberikan hasanah fid dunya wal akhirah,” tutup Amien Rais mengakhiri khutbahnya.

1 komentar:

  1. Minal aidn walfaizib, mohon maaf lahir dan bathin. Moga keluarga selalu sehat ya..

    BalasHapus