Senin, 13 Agustus 2012

August Rush: Musik Pertemukan Mereka



Judul Film
August Rush
Sutradara
Kirsten Sheridan
Pemain
Freddie Highmore
Keri Russell
Jonathan Rhys Meyers
Terrence Howard
Leon G. Thomas III
Robin Williams
Jamia Simone Nash
Produksi
Warner Bros. Pictures
Tanggal Rilis
21 November 2007
Durasi
113 menit

Oleh Ahmad Satria Budiman

The music is all around us. All you have to do is open your self up.”
Begitulah anak berusia 11 tahun di Panti Asuhan Walden County, New York, berpendapat tentang musik. Menurutnya, suara musik dapat didengar di mana-mana: hembusan angin, di udara, dan dalam cahaya. Evan Taylor, demikian nama anak itu. Sejak lahir, ia tinggal di panti asuhan dengan bakatnya yang dapat mendengar musik dari berbagai gerakan di alam. Ia percaya bahwa musik-lah yang suatu saat nanti akan mempertemukan dirinya dengan kedua orang tuanya.
Pada suatu hari, Evan bertemu Richard Jeffries dari kantor perlindungan anak di New York. Jeffries berkunjung ke panti asuhan untuk mencari beberapa anak adopsi, termasuk Evan. Untuk meyakinkan Evan, Jeffries memberikannya kartu nama. Tetapi malam harinya, Evan memilih kabur dari panti asuhan berbekal kartu nama tersebut. Jika orang tuanya tidak dapat menemukannya, dirinyalah yang harus pergi mencari mereka. Maka dari sinilah, petualangan Evan dan musiknya dimulai.
Bermusik di Washington Square
Kartu nama itu hilang terbawa angin ketika Evan asyik “terbawa musik”: suara kereta bawah tanah, klakson mobil, peluit polisi lalu lintas, dan lain sebagainya. Evan tersesat di Washington Square dan bertemu Arthur, musisi jalanan seusia dirinya. Di rumah Arthur, markas pengamen jalanan, ia bertemu Marwell “Wizard” Wallace, sang bos. Pada suatu kesempatan, Evan memainkan gitar milik Arthur dengan sangat bagus. Wizard mendapati bakat Evan dan berpikir bahwa itu bisa jadi ladang uang baru. Wizard mengganti posisi Arthur dengan Evan. Wizard pun mengganti nama Evan menjadi “August Rush”.
Sementara itu, Jeffries terus mencari Evan. Dengan bantuan polisi setempat, pencarian itu sampai di markas Wizard. Karena takut kembali lagi ke panti asuhan, Evan memilih kabur. Malam itu, ia berpisah dari Wizard dan Arthur. Pelarian Evan sampai di sebuah gereja dan ia bertemu gadis kecil bersuara tinggi bernama Hope. Pagi harinya sebelum ke sekolah, Hope mengajarkan not balok dan piano kepada Evan. Dan sepulangnya dari sekolah, Hope tercengang dengan berlembar-lembar kertas hasil coretan Evan di kamarnya. Hope bergegas mencari pendeta dan keduanya mendapati Evan tengah memainkan melodi indah dengan piano gereja.
Evan kemudian disekolahkan di The Juilliard School, sebuah sekolah musik di New York. Ia suka mencoret-coret sendiri saat pelajaran berlangsung. Sewaktu diperhatikan, coretan Evan adalah gubahan indah dari sebuah rhapsody. Kepala sekolah pun memutuskan untuk menampilkannya di The New York Philharmonic Orchestra di Central Park, New York. Poster orkestra segera tersebar di banyak tempat. Pada satu sesi latihan, Wizard datang ke sekolah Evan. Dengan angkuhnya, Wizard membawa Evan pergi walau sebenarnya Evan enggan. Dengan berat hati, Evan kembali ke Washington Square. Evan lalu sadar bahwa pengertian musiknya berbeda dengan Wizard. Musik tak diukur dengan uang, tapi oleh keindahannya.
Di lain sisi, Jeffries bertemu Lyla Novacek, wanita pemain cello orkestra yang tengah mencari anaknya: Evan Taylor yang kini lebih dikenal sebagai August Rush, sehingga sulit dilacak. Semula, Lyla mengetahui bahwa anaknya meninggal saat ia mengalami kecelakaan. Anak itu adalah hasil buah cintanya dengan seorang gitaris dan penyanyi band The Connelly Brothers bernama Louis Connelly. Mereka bertemu tahun 1995, seusai Lyla menggelar konser di New York dan Louis selesai tampil bersama band-nya. Mereka berpisah keesokan harinya karena Lyla harus kembali ke Chicago, meninggalkan Louis tanpa pamit. Ternyata, ayah Lyla yang menganggap kehadiran anak Lyla hanya menghambat kariernya memutuskan untuk membiarkan anak itu diambil orang lain.
Pertemuan di Central Park.
Setidaknya, film ini dikemas dengan dua kekuatan utama, yaitu plot flashback yang menarik dan harmoni musik yang memadukan pertalian darah. Tidak begitu sulit memahami rangkaian scene yang maju mundur itu dan tidak perlu pula punya keahlian bermusik untuk mengerti harmoni yang dimaksud. Film ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki “harmoni”-nya masing-masing. Biarkan harmoni itu lepas, bebas, tanpa membatasinya dengan tolak ukur teori ataupun materi. Hanya saja, akan lebih apik lagi apabila ditambahkan benang merah pada beberapa adegan. Seorang pemain harmonika ketika Lyla dan Louis bertemu di atap dan seorang pemain harmonika yang mengiringi perpisahan Evan dan Wizard, bahwa keduanya adalah sosok yang (mungkin) sama.
Bagaimanakah kelanjutan orkestra di Central Park? Bagaimanakah Lyla akan menemukan anaknya? Bagaimana pula Lyla akan kembali bertemu dengan Louis? Musiklah yang akan menjawab karena musiklah yang akhirnya mempertemukan mereka bertiga.
The music is all around us. All you have to do is listen.

4 komentar:

  1. Sepertinya bagus.
    Gimana kabarnya nich moga sehat selalu ya...lama ngak kemari jangan di marahi ya.

    BalasHapus
  2. Kabar baik, semoga Kakak Dini dan adiknya juga ya..

    BalasHapus
  3. wah menarik nih,,,jadi pengen nonton,,,

    BalasHapus
  4. Ok selamat menonton..

    BalasHapus