Judul Film
August Rush
Sutradara
Kirsten Sheridan
Pemain
Freddie Highmore
Keri Russell
Jonathan Rhys Meyers
Terrence Howard
Leon G. Thomas III
Robin Williams
Jamia Simone Nash
Produksi
Warner Bros. Pictures
Tanggal Rilis
21 November 2007
Durasi
113 menit
Oleh
Ahmad Satria Budiman
“The music is all around
us. All you have to do is open your self up.”
Begitulah anak berusia 11 tahun di Panti Asuhan Walden
County, New York, berpendapat tentang musik. Menurutnya, suara musik dapat
didengar di mana-mana: hembusan angin, di udara, dan dalam cahaya. Evan Taylor,
demikian nama anak itu. Sejak lahir, ia tinggal di panti asuhan dengan bakatnya
yang dapat mendengar musik dari berbagai gerakan di alam. Ia percaya bahwa
musik-lah yang suatu saat nanti akan mempertemukan dirinya dengan kedua orang
tuanya.
Pada suatu hari, Evan bertemu Richard Jeffries dari kantor perlindungan
anak di New York. Jeffries berkunjung ke panti asuhan untuk mencari beberapa
anak adopsi, termasuk Evan. Untuk meyakinkan Evan, Jeffries memberikannya kartu
nama. Tetapi malam harinya, Evan memilih kabur dari panti asuhan berbekal kartu
nama tersebut. Jika orang tuanya tidak dapat menemukannya, dirinyalah yang
harus pergi mencari mereka. Maka dari sinilah, petualangan Evan dan musiknya
dimulai.
![]() |
| Bermusik di Washington Square |
Kartu nama itu hilang terbawa angin ketika Evan asyik “terbawa
musik”: suara kereta bawah tanah, klakson mobil, peluit polisi lalu lintas, dan
lain sebagainya. Evan tersesat di Washington Square dan bertemu Arthur, musisi
jalanan seusia dirinya. Di rumah Arthur, markas pengamen jalanan, ia bertemu
Marwell “Wizard” Wallace, sang bos. Pada suatu kesempatan, Evan memainkan gitar
milik Arthur dengan sangat bagus. Wizard mendapati bakat Evan dan berpikir
bahwa itu bisa jadi ladang uang baru. Wizard mengganti posisi Arthur dengan
Evan. Wizard pun mengganti nama Evan menjadi “August Rush”.
Sementara itu, Jeffries terus mencari Evan. Dengan bantuan
polisi setempat, pencarian itu sampai di markas Wizard. Karena takut kembali
lagi ke panti asuhan, Evan memilih kabur. Malam itu, ia berpisah dari Wizard
dan Arthur. Pelarian Evan sampai di sebuah gereja dan ia bertemu gadis kecil
bersuara tinggi bernama Hope. Pagi harinya sebelum ke sekolah, Hope mengajarkan
not balok dan piano kepada Evan. Dan sepulangnya dari sekolah, Hope tercengang
dengan berlembar-lembar kertas hasil coretan Evan di kamarnya. Hope bergegas
mencari pendeta dan keduanya mendapati Evan tengah memainkan melodi indah
dengan piano gereja.
Evan kemudian disekolahkan di The Juilliard School, sebuah
sekolah musik di New York. Ia suka mencoret-coret sendiri saat pelajaran
berlangsung. Sewaktu diperhatikan, coretan Evan adalah gubahan indah dari
sebuah rhapsody. Kepala sekolah pun
memutuskan untuk menampilkannya di The New York Philharmonic Orchestra di
Central Park, New York. Poster orkestra segera tersebar di banyak tempat. Pada
satu sesi latihan, Wizard datang ke sekolah Evan. Dengan angkuhnya, Wizard
membawa Evan pergi walau sebenarnya Evan enggan. Dengan berat hati, Evan
kembali ke Washington Square. Evan lalu sadar bahwa pengertian musiknya berbeda
dengan Wizard. Musik tak diukur dengan uang, tapi oleh keindahannya.
Di lain sisi, Jeffries bertemu Lyla Novacek, wanita pemain
cello orkestra yang tengah mencari anaknya: Evan Taylor yang kini
lebih dikenal sebagai August Rush, sehingga sulit dilacak.
Semula, Lyla mengetahui bahwa anaknya meninggal saat ia mengalami kecelakaan. Anak itu adalah
hasil buah cintanya dengan seorang gitaris dan penyanyi band The Connelly Brothers bernama Louis Connelly. Mereka bertemu tahun
1995, seusai Lyla menggelar konser di New York dan Louis selesai tampil bersama
band-nya. Mereka berpisah keesokan
harinya karena Lyla harus kembali ke Chicago, meninggalkan Louis tanpa pamit. Ternyata,
ayah Lyla yang menganggap kehadiran anak Lyla hanya menghambat kariernya
memutuskan untuk membiarkan anak itu diambil orang lain.
![]() |
| Pertemuan di Central Park. |
Setidaknya, film ini dikemas dengan dua kekuatan utama,
yaitu plot flashback yang menarik dan
harmoni musik yang memadukan pertalian darah. Tidak begitu sulit memahami
rangkaian scene yang maju mundur itu
dan tidak perlu pula punya keahlian bermusik untuk mengerti harmoni yang
dimaksud. Film ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki “harmoni”-nya
masing-masing. Biarkan harmoni itu lepas, bebas, tanpa membatasinya dengan
tolak ukur teori ataupun materi. Hanya saja, akan lebih apik lagi apabila
ditambahkan benang merah pada beberapa adegan. Seorang pemain harmonika ketika
Lyla dan Louis bertemu di atap dan seorang pemain harmonika yang mengiringi
perpisahan Evan dan Wizard, bahwa keduanya adalah sosok yang (mungkin) sama.
Bagaimanakah kelanjutan orkestra di Central Park?
Bagaimanakah Lyla akan menemukan anaknya? Bagaimana pula Lyla akan kembali bertemu
dengan Louis? Musiklah yang akan menjawab karena musiklah yang akhirnya
mempertemukan mereka bertiga.
“The music is all
around us. All you have to do is listen.”



Sepertinya bagus.
BalasHapusGimana kabarnya nich moga sehat selalu ya...lama ngak kemari jangan di marahi ya.
Kabar baik, semoga Kakak Dini dan adiknya juga ya..
BalasHapuswah menarik nih,,,jadi pengen nonton,,,
BalasHapusOk selamat menonton..
BalasHapus